Menu

Aug 17, 2007

Semalam di Pengungsian

Polisi Ma, Polisi Ma...

Selasa (14/8) sekitar pukul 23.00 WIB. Di lokasi penggusuran Bengkong Kolam masih terlihat ramai. Di sebuah rumah warga yang masih utuh, dekat lapangan voli, terlihat warga berkumpul. Sebuah televisi ukuran 29 inch dipajang di depan rumah. Warga menyaksikan pemutaran video yang diambil dengan handycam, bagaimana rumah mereka diratakan dengan tanah. Di posko pengungsian, warga juga berkumpul menyaksikan aksi mereka di Kantor Wali Kota Batam dan DPRD Batam, Batam Centre.

Sambil menonton, berbagai komentar keluar dari mulut mereka. Pria, wanita dan anak-anak. Makian, cacian dan hujatan mereka lontarkan kepada aparat yang menganggap mereka seperti maling di rumah sendiri. Bahkan, ada yang menangis tanpa sanggup berbicara. ''Mereka betul-betul biadab,'' kata seorang warga kepada Batam News.

Malam itu, Batam News sengaja hadir bersama para pengungsi itu. Awalnya, kedatangan Batam News sempat dicurigai. Beberapa orang menanyai dengan nada curiga. Sebab, sebelumnya, beberapa orang yang mengatasnamakan partai, pejabat dan organisasi berupaya membujuk mereka. Mereka menolak bantuan dan mengusir. Mereka mengaku tidak percaya lagi kepada pejabat dan pemerintah. Namun, setelah diberi keterangan, warga akhirnya tenang. ''Maaf kalau kami tidak percaya dek, kemarin ada wartawan yang datang kemari. Malah bukan kondisi di sini yang dituliskan tapi malah komentar pejabat,'' kata Saynora seorang warga lain.

Malam hari, kondisi di pengungsian itu masih hancur. Sisa-sisa rumah masih belum dibersihkan. Di antara rumah-rumah yang sudah diratakan dengan tanah itu, dipasangi tiang bendera.

Saat malam makin larut, hanya kelihatan kaum pria saja. Sementara, kaum wanita dan anak-anak dari 33 KK yang digusur tidur di rumah-rumah warga lain. Kaum pria tersebut berkumpul dirumah salah satu warga yang masih utuh. Rumah tersebut dijadikan mereka sebagai tempat pengungsian.

Sesekali terdengar canda tawa mereka kepada koran ini. Bahkan, seorang warga juga memperlihatkan mimik wajah Lurah Bengkong Sadai saat ditanyai warga kenapa penggusuran tersebut terjadi tidak diberitahukan.

Pukul 00.30 WIB, seorang ibu sambil menggendong anaknya mendekati wartawan koran ini. Rahmah nama ibu tersebut, mengatakan sejak terjadi pristiwa itu, anaknya Eka (4) susah tidur. Kalau pun anaknya bisa tertidur ia selalu mengigau ketakutan. "Sambil menunjuk ketakutan anak saya menyebut-nyebut, polisi a, polisi ma," ujar Rahmah.

Saat ini, anaknya jadi trauma melihat aparat. Jangankan melihat polisi, lanjut Rahmah, melihat orang yang memakai baju loreng saja anak-anak korban penggusuran lari ketakutan. Mereka bersembunyi di rumah-rumah warga sambil menyebut polisi.

Selain ketakutan pada aparat, Rahman mengatakan, Eka yang merupakan anak bungsu itu tidak betah tinggal di tempat tetangga, tempat mereka menumpang sementara. ''Pulang ma, pulang. Kenapa rumah kita dirobohkan,'' kata Rahmah menirukan anaknya.

Hal yang sama juga seorang pria bernama Yen. Sampai saat ini, pria itu mengaku masih merasa kejadian yang menimpanya bagaikan mimpi buruk.

Menurut Yen, sehari sebelum penggusuran, mereka mendapat telepon dari seseorang yang mengatakan rumah meraka akan digusur. Tetapi saat itu mereka tidak percaya, karena mereka mengaku belum mendapat pemberitahuan dari lurah. "Kita dapat informasi sekitar pukul 17.00 sebelum penggusuran terjadi, namun ketika kita konfirmasikan tentang kebenaran informasi tersebut dengan lurah, tapi lurah mengatakan tidak tahu," Ujar Yen dengan nada tinggi.

Padahal, kata Yen sebenarnya lurah sudah mendapatkan surat undangan tentang penggusuran tersebut. Mereka bukan hanya kesal dan kecewa kepada lurah tapi juga pada Camat Bengkong. Saat kejadian, camat tidak hadir karena alasan ada rapat di Kantor Wali Kota. "Waktu itu, lurah bukannya menolong warga, tetapi malah pergi ke Polsek Batuampar minta keamanan dari amukan warga," ujarnya lagi.

Malam makin larut di lokasi penggusuran Bengkong Kolam. Tapi para pria masih berkumpul di antara rumah-rumah yang sudah rata.

Sementara para ibu dan anak-anaknya tidur di rumah-rumah warga dan kerabatnya. Saat pagi tiba, masih ada anak-anak yang belum bisa bersekolah lagi. Sebagian anak, terutama yang masih duduk di bangku SD harus libur sementara. Saat penggusuran yang berlangsung cepat dan tiba-tiba itu, sebagian tidak sempat menyelamatkan buku dan seragam sekolah mereka. ''Buku-buku anak saya tertimbun reruntuhan semua. Alhamdulillah ijazahnya masih sempat diambil,'' katanya.

Mereka masih berharap rumah mereka dibangun kembali di lokasi yang sama. Namun, entah sampai kapan realisasinya. Sebab, surat perjanjian yang dibuat dengan unsur pimpinan daerah di Gedung Dewan masih mengambang. Tidak jelas, kapan pembangunan kembali dimulai.

Janji awal untuk menyediakan transportasi bagi anak-anak yang akan sekolah, sampai saat ini belum juga ada.

Belum habis rasa kecewa pada lurah dan camat, warga kembali mengenang bagaimana Ahmad Dahlan yang kini jadi Wali Kota Batam berkampanye di Bengkong Kolam. Warga mengaku saat itu Ahmad Dahlan menjanjikan tidak akan pernah menggusur daerah itu. ''Itu memberi harapan bagi kami. Sampai sekarang TPS (Tempat Pemungutan Suara-red) pun masih tersisa. Kami 100 persen memilih dia. Tapi sekarang apa?. TPS itupun ikut digusur,'' kata seorang warga.

Kini peringatan HUT RI ke-26 yang tinggal satu hari bagi mereka tidak bermakna sama sekali. ''Di saat Indonesia sudah merdeka, kami masih dijajah oleh bangsa sendiri. Penjajahan ini lebih kejam dari zaman Jepang'' kata Azwir, Ketua RT di sana.
"Kemerdekaan itu tidak untuk Bengkong Kolam, tanggal 17 nanti kami hanya bisa mengheningkan cipta sambil merenungkan nasib yang telah menimpa kami," ujar Azwir yang diamini semua warga.

By : Srie

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu