Menu

Nov 13, 2007

Perlukah Anak Memanage Uang Saku Sendiri?

Terkadang sebagai orang tua, ingin mengajarkan anak berbagai macam pendidikan, mulai dari pendidikan agama, sekolah dan kehidupan sosial. Namun menyangkut urusan keungan. Masih banyak orang tua yang bingung harus mulai dari mana. Apa harus memberi uang saku per hari atau diberi selama satu bulan penuh. Sehingga anak Anda bisa mengelola keuangannya sendiri.

Bila memilih uang per bulan, pasti banyak persoalan yang berkecambuk dalam pikiran Anda. Apa anak saya bisa? Jangan-jangan dalam satu hari langsung ludes uang pemberian Anda. Sehingga pada akhirnya yang repot juga Anda sendiri. Tidak ada salahnya, mengajarkan anak agar bisa mengelola keuangan sendiri sejak dini.

Dengan begitu, ia bisa menghargai dan membuat pengeluaran sendiri. Dengan kata lain mandiri, memang awalnya memilih jalur satu ini ada sedikit keraguan dalam hati Anda. Namun, setelah melihat perkembangan dan kemampuan anak Anda dalam mengelola keuangan sendiri ada rasa kepuasan dan rasa bangga dalam diri Anda.

Dameria Nadapdap, anggota DPRD Kota Batam menuturkan, memang dari dini ia sudah memberi uang saku perbulan pada ketiga anaknya dan hasilnya jauh dari perkiraannya.
"Anak pertama dan kedua saya sudah bisa mengelola keuangannya dan walaupun terkadang tidak sesuai dengan keinginan," ujarnya.

Katanya, anak ketiganya sudah bisa menambung dengan uang sakunya sendiri.
Ada terbesit kebanggaan pada wanita berambut sebahu ini menceritkan prihal dan prilaku ketiga anaknya dalam mengelola keuangan sendiri. Bagaimana tidak, ternyata memberikan uang saku langsung satu bulan, ada banyak hal yang bisa dipelajari anak-anaknya.

"Waktu kemarin, ada kebakaran, anak saya menceritakan kepada saya, ia memberi sumbangan dengan uang sakunya sendiri dan kadang anak saya memberi uang kepada kawannya yang membutuhkan," paparnya bangga.

Ini tidak akan bisa terjadi, bila sang anak diberi uang saku per hari. Karena bila diberi perhari, ia akan kesulitan dalam memanage uang sakunya. Karena uang saku per hari sudah Anda caculasi untuk keperluan jajannya. Sedangkan uang saku per bulan, walaupun juga sudah dicaculasi selama satu bulan, namun Anda memberikan sedikit uang lebih untuk keperluan lainnya.

"Saya memberi uang saku anak saya setiap bulan Rp150 ribu hingga Rp200 ribu, uang itu bisa ia tabung, beli jajan di sekolah dan juga terkadang uang yang saya berikan ini, anak saya pakai untuk kebutuhan sekolahnya yang mendadak habis, seperti buku tulis, pensil atau pulpen," terangnya. Masih katanya, bila ada anak saya yang ingin dibelikan mainan atau tas, tapi saya nilai masih belum diperlukan, saya tidak mau membelikannya.

Bila ia mau membeli benda yang masih belum penting itu, ia bisa menggunakan uang yang sudah ia kumpulkan, untuk mainan atau tas yang ia inginkan. Terkadang ada perasaan tidak tega pada anak. Namun, ini secara tidak langsung, mengajarkan sang anak, bagaimana harus bersikap dan bertindak atas keuangannya sendiri. "Bila uangnya kurang, saya selalu menambahkannya. Karena saya tahu persis anak saya sudah bisa memanage keuangannya dengan baik," pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan Ratih, ibu rumah tangga. Namun berbeda dengan Dameria Nadapdap yang memberikan uang saku langsung satu bulan. Ibu dua anak ini, memberi uang saku secara bertahap satu minggu. "Saya mengetahui betul, pentingnya mengajar anak memanage uang saku," tuturnya.

Katanya, bila dari dini sudah diajarkan cara mengelola keuangan sendiri, begitu tumbuh dewasa ia sudah menyadari betapa penting mengatur pengeluaran sendiri.
Sehingga dalam mengeluarkan uang sudah mengetahui keuntungan dan kerugian bila mengeluarkan uang terlalu banyak. Padahal, benda yang diinginkan tidak terlalu penting.

Mengajarkan dewasa dalam mengelola uang memang susah-susah gampang. Ini diakui Ratih. Katanya, awalnya anak saya langsung menghabiskan uang jajan yang selama satu minggu saya serahkan. "Kesal tentu saja ada, tapi ngak bisa marah, toh ini konsukuensi awal yang harus diterima. Karena ia belum memahami dan ini juga merupakan proses belajar," ungkapnya.

Sebab, selama beberapa hari belakangan anak Ratih tidak bisa jajan di sekolah. Namun sebagai gantinya ia memberikan bekal pada anaknya. Hal ini, bisa menjadi pelajaran berharga secara tidak langsung. Dan ternyata minggu kedua, sang anak bisa mengelola keuangannya dengan baik. Meskipun, masih jauh dari harapan. Setidaknya sudah ada kemajuan dari minggu sebelumnya.

Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah tidak ingin mencoba memberi kesempatan pada anak Anda untuk bisa mengelola keuangannya sendiri. Karena ini jauh lebih menyenangkan bila didikan Anda bisa diterima dan pengalaman yang paling berharga yang bisa dipetik anak Anda begitu ia dewasa.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu