Meski masih menyimpan harapan di tahun 2008 mendatang, kalangan pengusaha properti Batam diakhir 2007 ini mengaku cukup kewalahan merasakan dampak kelangkaan sejumlah material bangunan. Selain itu, pukulan mata uang dolar terhadap rupiah menyebabkan harga material seperti semen dan besi di pasaran melonjak drastis, juga menjadi salah satu rintangan selama 2007 ini.
Dengan kondisi ini, mau tidak mau kalangan pengusaha properti harus mencari solusi cerdas agar harga rumah di Batam masih terjangkau. Meski demikian, diakui kenaikan harga juga tidak bisa dielakkan meski telah ditekan seminimal mungkin. Kelangkaan material kayu di Batam yang terjadi hingga di penghujung 2007 ini membuat pengembang mencari bahan pengganti. Salah satunya penggunaan bahan metal pada bangunan terutama untuk rangka atap dan kusen. Saat ini rata-rata perumahan di Batam mulai menggunakan aluminium sebagai pengganti kayu. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan juga lebih besar.
Seperti halnya penuturan Sugeng Wiharsono Pilot Project Manager Bakrieland Development TBK yang mengembangkan kawasan Perumahan Batam Nirwana Residence (BNR). Menurutnya, proyek yang akan dimulainya awal 2008 ini memilih bahan metal sebagai rangka atap dan kusen.''Saat ini sangat susah mencari kayu. Tak hanya di Batam, di daerah lain juga sama,'' ujar Sugeng.
Penggunaan metal sebagai pengganti kayu ini telah dilakukan pada proyek perumahan di Jakarta dan Bogor. Selain karena susahnya mendapatkan kayu, penggunaan bahan aluminium ini, lanjut Sugeng juga jadi tren yang kini mulai digemari konsumen. Selain praktis, aluminium juga tahan lama. Maka, tak salah jika tahun 2008 mendatang, semua perumahan bakal beralih menggunakan bahan metal sebagai pengganti kayu. Nah, dibandingkan kayu, biaya pembeliaan bahan metal ini lebih mahal 20 persen. Maka, mau tidak mau pengembang juga akan melakukan penyesuaian harga.
Sementara itu, kenaikan harga perumahan juga disebabkan terus melonjaknya harga material seperti semen dan besi.Hal ini sebagian besar disebabkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Di penghujung tahun ini, harga besi di pasaran Batam rata-rata mencapai Rp 6 juta per ton atau sebanyak 135 batang untuk besi ukuran diamater 10 inchi. Bila dibeli per batang, maka harganya sekitar Rp50 ribu per batang. Harga ini jauh lebih mahal saat awal 2007 lalu yang hanya sekitar Rp5 jutaan per ton.
Demikian juga harga semen. Saat ini harga Semen Padang ukuran 50 kilogram sudah menembus angka Rp45 ribu per sak atau per karungnya. Padahal, sekitar tiga bulan lalu harganya Rp33 ribu hingga Rp35 ribu per karung. Di awal tahun 2008, harga-harga material ini diprediksi bakal terus melambung. Dampaknya, harga rumah di 2008 ini juga diprediksi bakal naik lagi.
Mahal dan langkanya material seperti kayu, tidak membuat developer perumahan ini mengurangi proyeknya. Untuk mengatasi kelangkaan kayu, developer perumahan mewah Coastarina ini juga memilih menggunakan bahan baja ringan sebangai struktur dasar.
''Perumahan yang dibangun Arsikon sudah menggunakan kontruksi baja ringan untuk struktur bangunan, seperti atap,'' papar Ir Heri, Manager Marketing PT Bangun Arsikon Batindo. Menurut Heri, kelangkaan bahan material kayu tidak membuat gairah properti di Batam pada 2008 nanti berkurang. Meski diakui harga rumah bakal naik, namun pasar masih terbuka lebar. ''Material harganya sudah naik, sehingga berdampak pada kenaikan harga rumah,'' tuturnya.
Agar kenaikan harga rumah tidak mencolok, para arsitek merancang rumah dengan menggunakan bahan bangunan, seperti alumunium, baja bertulang, dan sebagainya. Dengan kondisi ini, Arsikon optimis bakal tetap eksis dan mencapai targetnya. Kian tidak terkendalinya harga material bangunan yang berdampak pada tingginya harga jual rumah di Batam pada 2008 mendatang, hendaknya jadi perhatian dari Pemerintah Kota (Pemko) Batam dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri.
Ketua Gabungan Perusahaan Kontraktor Nasional (Gabpeknas) Kepri Ir H Suparman SH MSi menuturkan, pemerintah harus mengambil kebijakan untuk mengatasi kelangkaan kayu dan terus melambungnya harga material di Batam.''Selama ini pemerintah tak banyak berperan dalam hal ini. Makanya, kedepan kita minta adanya kebijakan soal harga material ini,'' ujar Suparman.
Salah satunya, lanjut Direktur PT Cipta Kreasi Pratama ini, pemerintah menjalin kerjasama dengan pihak yang memasok material ke Batam yang mencakup ketersediaan pasokan dan fluktuasi harga yang terjangkau.
Sementara itu, Ir Mulia Pamadi Sekretaris Real Estate Indonesia (REI) Batam menuturkan, kelangkaan kayu sudah mulai terjadi pada tahun 2006. Menurutnya, hal ini terjadi karena illegal logging. Peredaran kayu pada saat itu benar-benar susah untuk di dapat. Sehingga banyak pengembang menggunakan kayu kelapa yang sudah tua sebagai pelengkap komponen bangunan.
''Pelan-pelan, pengembang perumahan mulai menggunakan metal, seperti baja ringan yang sudah menjadi alternatif. Harganya saat ini memang lebih mahal, tetapi sangat berguna. Karena Batam ini kebanyakan daerah rawa sehingga rayapnya banyak, dengan menggunakan baja ringan tidak mudah lapuk dan di makan rayap,'' terangnya. Ia melanjutkan, kenaikan barang-barang material untuk bangunan saat ini juga berdampak pada harga produksi yang mengakibatkan kenaikan harga jual rumah.
Diuntungkan Status FTZ
Kenaikan harga material yang berdampak pada kenaikan harga rumah ternyata masih belum membuat kalangan pengusaha properti menyerah begitu saja dalam memasarkan produknya. Tahun 2008 mendatang mereka masih sangat optimis bakal mampu menjual rumahnya. Selain target pasar lokal untuk kalangan menengah, pasar warga negara asing juga dinilai cukup potensial.
Listiliwarman Marketing Department Bakrieland Development mengaku ada dua hal yang membuatnya optimis memasarkan perumahan di Batam. Dua faktor itu adalah dengan diberlakukannya Batam sebagai kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) serta beroperasinya Kasino di Singapura.
Pria yang akrab disapa Chici ini mengaku dua hal ini akan memberikan imbas positif pada pemasaran perumahan di Batam. Bagi warga negara asing yang berkunjung ke Kasino di Singapura, membeli rumah di Batam tentu harganya akan jauh lebih murah dibandingkan di Singapura. Lalu, dengan status Batam sebagai FTZ, diharapkan banyak investor asing yang masuk ke Batam dan menarik banyak tenaga kerja lokal maupun asing. Bekerja di Batam, tentu mereka juga butuh tempat tinggal. Maka, inilah pasar potensial di tahun mendatang.
Dukungan status FTZ terhadap bisnis properti juga diakui Heri dari PT Arsikon Grup. ''Di tahun 2008 kalau di prediksi penjualan properti di Batam bisa lebih meningkat, karena pertama Batam akan menjadi FTZ (free Trade Zone) dan kedua Batam merupakan gerbang transit warga Indonesia yang hendak ke Singapura,'' ujar Heri.
Saat transit, kata Heri, mereka akan melihat promosi properti di Batam. Nah, diharapkan mereka membeli rumah di Batam, sehingga mereka bisa beristirahat setelah melakukan perjalanan ke Singapura. Kalangan REI Batam juga sependapat bahwa FTZ menguntungkan dunia properti. (Sumber Batam News)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu