Menu

Feb 22, 2008

Dampingi Anak Saat Akses Internet

Hampir semua sekolah mulai mengajarkan internet kepada anak didiknya dan masuk dalam program kurikulum di sekolah. Pengenalan teknologi berbasis internet merupakan sumber informasi untuk mendapatkan informasi dengan cepat ini sudah banyak diketahui pelajar pada umumnya.

Bahkan penggunaan internet ini tidak hanya digunakan untuk mencari informasi agar pengetahuan dan wawasan bertambah, tetapi juga digunakan bagi sebagian pelajar untuk membuka situs-situs yang tidak mendidik.

''Di sekolah, saya sudah diajarkan mengenal internet sejak masih duduk di SMP. Pertama di ajarkan mengenai sejarah internet, dan juga diajarkan mencari data melalui google search,'' papar Dimas, salah seorang pelajar di Batam. Internet menurut Dimas, sangat bermanfaat dan banyak pengetahuan yang bisa di dapat. Karena informasi-informasi dengan mudah di dapat melalui google search.

Selain menambah pengetahuan, Diakui pelajar kelas tiga itu, ia pernah membuka situs porno, karena diajak kawannya. ''Teman saya mengajak ke warnet (warung internet), tetapi saya tidak tahu kalau mereka mau membuka situs porno. Karena bukan saya yang main, jadinya ya saya nurut saja,'' tutur siswa berkulit sawo matang itu.

Awalnya diakuinya, ada rasa takut dan was-was saat melihat situs porno yang diakses melalui www.wo***.com itu. ''Saya ingin tahu saja, makanya ikutan melihat. Tetapi setelah itu, saya tidak pernah membuka situs porno. Kalau ke warnet mencari tugas dari sekolah, biasanya saya selingin dengan bermain game on-line bersama kawan,'' tuturnya.

Dimas melanjutkan, internet selain bisa mencari berbagai data yang diperlukan, juga bisa menambah kawan dengan catting. ''Di sekolah, kami diajarkan membuat email (electronic mail) dan catting melalui Yahoo Massanger. Melalui program ini, kami bisa menambah kawan dan banyak hal menarik lainnya yang bisa didapatkan dengan mengakses internet,'' ujarnya.

Salah satunya yakni bisa melihat score sepak bola dari internet. Hal itulah yang dilakukan Dimas saat tidak sempat menyaksikan pertandingan sepakbol. Ia mencari informasi melalui internet. ''Internet itu asyik lagi pula sekarang ke warnet murah hanya Rp3 ribu per jam. Kalau dulu Rp6 ribu per jam,'' tukasnya.

2 comments:

  1. "WW" menyatakan kekagumannya kepada seorang anak bernama Iyo, blogger cilik. Mungkinkah Iyo tak pernah membuka situs porno? Tak berani saya menjawabnya, namun ketika mengamati tulisan Iyo, saya dapat meyakinkan diri, bahwa bocah itu banyak menyerap banyak hal dari bacaan dan tontonannya, hingga ia nampak lebih matang dari anak seusianya.
    Seperti layaknya pisau, bisa di pakai untuk membunuh, namun bisa juga dipakai untuk hal-hal yang berguna. "Parno" yang terlalu tinggi pada kasus "anak-internet" akan membuat si anak "melejit" layaknya sabun saat digenggam keras.
    Kesimpulan saya, seorang anak tak dibesarkan di warnet, restoran, tempat kursus, pengajian, sekolah minggu, child care, atau semua tempat hebat di luar sana, namun seorang anak dibesarkan di rumah. Ada baiknya blogger Indonesia mencanangkan program irit ceban/hari untuk menghadirkan pc di rumah, dan mendesak pemerintah merealisasikan akses internet melalui kabel listrik yang sejak duuuuluuuuuuu kala dirancang, namun tak pernah terealisasi. Kenapa begitu penting? Nyatanya, "google" memang lebih "learning by doing" dibandingkan pendidikan kita.

    ReplyDelete

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu