Menu

Apr 8, 2008

Mangkuk Dinasti Ming Ditawar Rp300 Juta

Letak geografis Kepulauan Riau (Kepri) tidak hanya diuntungkan dari segi perekonomian yang dekat dengan negara tetangga, tetapi juga menyimpan misteri barang-barang antik yang terdampar di salah satu kepulauan Kepri, yakni di Pulau Dabo Singkep, Kabupaten Lingga. Perairan yang dekat dengan laut lepas kadang membawa dan menguburkan barang antik di pesisir laut hingga ditemukan warga.

Sejak berusia 30 tahun, Tengku Kelana (47), seorang Kolektor barang Antik di Dabosingkep mulai mengumpulkan peninggalan barang antik yang ada di Dabo dan sekitarnya. Tidak hanya peninggalan dari kerajaan Lingga, tetapi juga barang-barang peninggalan masa Victoria yang tidak sengaja ia temukan. Jumlah koleksinya sudah mencapai puluhan barang dengan total dana yang ia keluarkan untuk koleksinya sebanyak Rp600 juta. ''Pertama kali saya mengkoleksi uang perak, uang victoria yang saya dapat tahun 1867, dengan nilai 1 dolar yang saya beli dengan harga Rp50 ribu,'' ujar Tengku Kelana.

Berbagai uang victoria mulai dari uang logam hingga kertas ia simpan sebagai koleksinya mulai tahun 1883 hingga uang pada saat perang, yang tidak terdapat nomor seri pada uang tersebut. Diakuinya, koleksi uang victorianya hingga saat ini belum semua nominal ia dapatkan.

Tidak hanya uang victoria saja yang menjadi bagian dari koleksi pria asal Dabosingkep itu, tetapi juga mata uang Indonesia pada masa Soerkano pun menjadi pelengkap koleksi uang lama yang ia kumpulkan. Uang-uang tersebut di simpan di dalam lemari di ruang tamu dan sebagian uang kertas di simpan dalam album foto. ''Saya juga punya koleksi uang Riau pada masa perang dan juga yang perak Jepang. Untuk koleksi uang logam perak saya ada banyak mulai dari seperempat sen,'' tuturnya.

Berbagai uang sen atau uang logam dalam ukuran kecil di simpannya di dalam mangkuk khusus yang juga di taruh di dalam lemari kayu berwarna coklat. Pada bagian rak pertama untuk menyimpan uang logam antik yang berukuran besar dan juga berbagai cincin dengan batu asal Dabo. Sedangkan pada bagian rak kedua, digunakan untuk menaruh barang-barang pada masa kerajaan Lingga, seperti tempat sirih, kalung, tempat perhiasaan yang terbuat dari kuningan dan perak. Sedangkan pada rak ketiga dan keempat digunakan untuk menyimpan berbagai uang kertas dari masa Soekarno hingga masa victorian.

Uang pada masa kepemimpinan Soekarno masih terlihat bagus. Salah satunya koleksi uang kertas Indonesia Rp600 pada tahun 1948 masih bagus. ''Barang-barang ini saya dapat tidak sengaja, saat saya jual-beli barang bekas. Kalau barangnya tidak rusak, kami tukar tambah atau memberikan harga yang sesuai dengan barang yang dibeli,'' ujarnya.

Pada tahun 1990-an koleksi uangnya tidak ada harganya, namun dengan berjalananya waktu. Koleksi pria yang memiliki tiga orang anak itu banyak dilirik beberapa kolektor. Selain mengkoleksi mata uang, ia juga menyimpan berbagai barang antik, seperti keris dan juga keramik dari berbagai dinasti. Salah satu barang pecah belahnya, pernah ditawar Rp300 juta untuk mangkuk dari masa Dinasti Ming.

''Mangkuk ini ditaruh tiga hari makanan tidak basi. Saya pernah mencoba menaruh nasi dan menutupnya selama tiga hari. Mangkuk yang sudah saya tutup, saya beri lakman dan simpan selama tiga hari di dalam kardus, pada saat saya buka, nasi itu tidak basi. Selain nasi, saya juga pernah mencoba santan,'' urainya.

Mangkuk yang berwarna hijau dan pada bagian dalamnya terdapat motif bunga teratai itu pernah ditawar Rp300 juta, padahal dulunya, ia membeli mangkuk itu hanya dengan harga Rp300 ribu. Koleksi mangkuknya mulai dari dinasti Ming, Sung dan Dinasti Yuan. ''Ada perbedaan desain dari dinasti Ming, Sung dan Yuan. Saya juga mengetahuinya dari buku-buku yang membahas barang antik dari Singapura,'' tuturnya.

Mangkuk dari dinasti Sung tidak rapi, ukiran gambar pada bangkuk naik turun dan ketiga gambar ikan pada mangkuk berbeda. Karena dibuat langsung dari tangan. Sedangkan masa dinasti Yuan, yang dimilikinya mangkuk kecil-kecil. Meskipun semuanya berwarna hijau, tetapi hijau setiap dinasti yang hadir berbeda.

Beberapa barang pecah belahnya pernah ia lelang di Singapura. Barang pecah belah yang bentuknya sama atau ada dua, ia lelang. Sedangkan yang sendiri tidak dijual. ''Saya pernah menjual piring teratai sama orang Jepang seharga Rp80 juta. Sedangkan koleksi uang perak saya sudah sering saya jual yang ada banyak yang sama,'' ungkapnya.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu