Menu

Jul 25, 2008

108 Korban Trafficking Ditangani Selter

Letak geografis Kepulauan Riau yang berdekatan dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia selain menguntungkan dibidang perekonomian juga menjadi tempat pemulangan para TKI (Tenaga Kerjai Indonesia) dan TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang bermasalah. Selain itu juga banyak terjadi kasus trafficking yang terjadi di negara jiran maupun di Kepulauan Riau.

Menurut Lalu Ahmad Rodian, Humas Selter Engku Putri, kemarin, dalam enam bulan terakhir ini Selter Engku Putri telah menenangani sekitar 108 korban trafficking.

''Korban traffcking yang kami tangani berasal dari Konsultan Jendral (Konjen) RI di Malaysia, Kepolisian Bintan dan Tanjungpinang hingga LSM Perlindungan Perempuan,'' lanjutnya.

Kebanyakan korban yang ditangani selter rumah singgaj Engku Putri adalah kasus trafficking atau perdagangan manusia. Selain kasus-kasus trafficking, Selter yang berlokasi di Kilometer 9 itu juga menangani kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

''Kebanyakan untuk TKW yang di rumah singgah ini berbagai kasus mulai dari kasus penipuan, kekerasan dalam bekerja di Malaysia hingga tidak diberi gaji oleh majikan,'' ungkapnya.

Sedangkan kasus KDRT baru sekitar lima kasus yang ditangani selter P3AKTK (Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Tindak Kejahatan) Provinsi Kepri. Menurutnya, kasus KDRT sebenarnya banyak terjadi di dalam rumah tangga, namun korban pada umumnya malu untuk mengungkapkan kasus tersebut.

''Kami tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja yang membutuhkan perlindungan di selter khusus perempuan dan anak akan diberi perlindungan. Bahkan juga disediakan LHB (Lembaga Bantuan Hukum),'' tuturnya.

Para korban yang dititipkan di selter tersebut sebelum dipulangkan ke daerah asalnya bagi korban trafficking akan diberikan penyuluhan trafficking, pembinaan bidang rohani sesuai agama yang dianutnya, konseling psikologi serta kesehatan jasmani. Selain diberi pembinaan terhadap korban, korban juga diberi pelatihan seperti pelatihan keterampilan tata boga/waitres, tata rias dan juga keterampilan menjahit.

''Sebelum kami pulangkan ke daerah asalnya, kami memberikan pembinaan dan juga pelatihan terhadap korban,'' ujarnya.

Untuk kepulangannya, lanjutnya, pihak selter bekerjasama dengan Departemen Sosial (Depsos) untuk memulangkan korban ke daerah asalnya.

Kebanyakan korban trafficking berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat dan sekitarnya. Sedangkan korban yang sakit juga mendapatkan pelayanan medis seperti rujukan ke rumah sakit atau dokter sesuai dengan sakit yang dideritanya. Dari segi fasilitas tersedia enam kamar tidur, asrama dengan 12 tempat tidur dan juga enam kamar mandi, ruang poliknik, ruang pelatihan dan ruang rapat.

2 comments:

  1. Pemerintah ga serius neh nanganin woman traficking... kesadaran manusianya sendiri juga kurang...

    bagaiman traficking isa di tangani klo dua belah pihak ga da kemauan nuntasin issu ini... >,<

    Meth KNaL...^^

    ReplyDelete
  2. Nah... lalu salahkan siapa donk? hehe.... Kesadaran manusia yang kurang seperti apa maksudnya? Lalu, Pemerintah harus bertindak seperti apa.

    Memang sangat mudah untuk menyalahkan satu sama lain tanpa ada memberikan solusi untuk persoalan tersebut...

    Ayo sapa yang mau memberikan solusi en met kenal juga ya :D

    ReplyDelete

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu