Ketiga belas korban trafficking wanita yang dijadikan PSK (Pedagang Sex Komersial) di Kilometer 15 Kota Tanjungpinang itu menyimpan berbagai suka dan duka selama menjadi wanita penghibur di luar kemauan korban tersebut. Niatnya untuk mengubah nasib di perantauan menjadi musibah besar bagi mereka.
waktu ditemui Batam News di selter Kilometer sembilan, wajah yang penuh dengan air mata saat diselamatkan aparat Polsekta Tanjungpinang Timur itu sudah mulai sedikit ceria. Selama dua hari di penampungan tersebut, korban sudah diberikan pengobatan dan juga konseling pskologi. Berikut kisah Ad (16), Ag (16) dan HN (16). Ketiga ABG (Anak Baru Gede) itu tiba di Kota Gurindam dan Negeri Pantun sekitar sebelas hari.
Awalnya Ad (16) didatangi seseorang yang tak dikenalnya sewaktu di Bogor. Ia pun diajak ke Kota Gurindam tersebut dengan diimingi pekerjaan di cafe dengan gaji Rp1,2 juta. Untuk mengubah nasib keluarganya, apalagi dia anak pertama dari tiga bersaudara itu pun terayu oleh ajakan wanita yang bernama Darsih. Sesampainya di Kota Tanjungpinang, ia pun diantar ke Batu 15. Segala keperluannya mulai dari ongkos pesawat, baju dan make up pun dibayai semua.
''Saya memang tidak mengeluarkan uang sepersen pun, semua ongkos dan keperluan dibayarin semua sama bu Dasrih, ternyata biaya yang dikeluarkan bu Darsih merupakan utang bagi kami,'' ungkap wanita berambut sebahu itu.
Utang yang harus dibayar atas semua keperluannya saat itu berjumlah sekitar Rp3 juta. Saat pergi dari Bogor, ia hanya membawa satu stel busana saja. Sewaktu pergi ke Tanjungpinang, katanya, orangtuanya tidak tahu, orangtuanya hanya tahu ia sedang bekerja di salah satu perusahaan garmen di Bogor dengan gaji per bulan Rp800 ribu.
''Orangtua saya tidak tahu saya disini, karena di Bogor saya tinggal di mess. Saya mau pulang, kalau penyakit saya sudah sembuh. Saya tidak mau orangtua sampai mengetahui saya terkena penyakit spilish,'' tuturnya lirih.
Diakuinya, penyakit tersebut dideritanya sejak empat hari yang lalu saat di lokasi Batu 15 itu. Penyakit yang dideritanya itu berasal dari tamu yang harus dilayani.
''Selama sebelas hari di sana saya sudah melayani sekitar belasan tamu. Saya berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp4,3 juta untuk membayar utang saya sama mami,'' ujarnya.
Menurutnya, ia terpaksa melakukan itu. Dikarenakan semakin lama tinggal di sana utangnya akan semakin menumpuk. ''Kata mami oom, kami boleh pulang kalau sudah melunasi utang kami sama mami oom. Karena itu lah, saya terpaksa melakukannya bukan karena senang, tetapi karena ingin cepat pulang,'' akunya.
Nasibnya sedikit lebih beruntung bila dibanding HN. Tamu-tamu hidung belang yang selama di Batu 15 yang harus dilayani tamu-tamu yang baik. Berbeda dengan nasib HN (16) tamu-tamu yang selama di sana merupakan tamu yang kasar dan sering membuatnya terluka dan berdarah.
''Sebenarnya, saya tidak mau melakukan itu mba, sakit ujarnya. Berbagai gaya mereka minta saya melakukannya,'' ungkap HN sambil menirukan berbagai gaya yang dilakukannya selama 11 hari di lokalisasi tersebut.
Diakuinya, setiap habis melakukan hubungan intim, alat kelaminnya sering terasa sakit dan perih. Dikarenakan badan-badan tamu yang dilayaninya besar-besar dan permainannnya kasar. ''Berapa kali saya digigit di tangan, paha dan juga dada saya,'' tuturnya mengenang nasib buruk yang menimpanya.
Menurut pengakuan wanita berambut panjang itu, ia tidak mau melakukannya. Setiap habis melakukannya dirinya selalu menangis menahan sakit dan juga menahan pedih. Namun, ia terpaksa melakakukan pekerjaan itu untuk bisa segera kembali ke kampung halamannya. Apalagi gara-gara ia ke Tanjungpinang, orangtuanya meninggal.
''Saya dulu kerja di pasar. Sebelum kesini, saya nitipkan uang ke bu Darsih Rp300 ribu untuk dikasih ke orangtua saya. Tetapi uang itu, tidak dikasih,'' ujarnya geram.
Lanjutnya, ia berharap agar Darsih segera ditangkap dan diberi hukuman seberat-beratnya. Karena telah menipunya dan menjadikannya PSK hingga menyebabkan orangtuanya meninggal.
Kekesalan serupa juga diungkapkan Ag (16). Diiming-imingi gaji besar sewaktu mau melamar pekerjaan di salah satu mal di Jakarta, ternyata di Tanjungpinang dijadikan pemuas nafsu lelaki hidung belang. ''Saya sering menolak untuk melayani tamu-tamu yang datang. Selama seminggu di sana saya hanya melayani empat tamu saja,'' ungkap gadis yang memiliki rambut ikal itu.
Diakuinya, mami oom tidak pernah memaksakan kehendaknya. Bahkan ke perawanannya hanya dibayar Rp150 ribu. ''Mami biasanya marah-marah saja kalau kami tidak mau melayani tamu,'' ungkap gadis berkulit sawo matang itu.
Kini dirinya hanya bisa berharap bisa kembali pulang dan melupakan pengalaman pilu yang dialaminya di Kota Tanjungpinang yang terkenal dengan makan khas otak-otaknya itu. Para korban penipuan tersebut berharap agar pelaku dapat dijerat hukuman yang setimpal.
''Sakit lho mba, saya sampai jalan ngangkang setiap kali habis melakukan itu. Saya maunya semuanya ditangkap dan diberikan hukuman seberat-beratnya. Apalagi orangtua saya sampai meninggal,'' ujar HN dengan nada tinggi.
Sementara itu, menurut AKP Dunya Harun, Kapolsekta Tanjungpinang Timur, kemarin, saat ini pihak kepolisian baru menentapkan satu tersangka kasus trafficking yang berada di Batu 15.
''Tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan tersangka. Karena kasus ini masih dikembangkan pihak kepolisian,'' ungkapnya.
Mengenai kepulangan korban yang kebanyakan berasal dari berbagai daerah di Jawa itu. Dunya menuturkan, kepulangan korban tergantung dari selter. Namun korban-korban trafficking itu akan dijadikan sebagai saksi di pengadilan terhadap tersangka.
''Kami akan memilah-milah yang mana yang korban penipuan, korban dibawah umur untuk dijadikan saksi dalam persidangan nanti. Sehingga pada saat di Pengadilan nanti jelas dan tersangka tidak bisa berbelat-belit di persidangan untuk meringankan hukumannya,'' ungkap Dunya.
Mengenai surat yang dipaksakan ditandatangani korban, seperti pengakuan Ags (16), Dunya menjelaskan, surat itu bisa saja dijadikan sebagai bukti tersangka untuk meringankan hukumannya. Karena itulah diperlukan saksi untuk menjelaskan kepada Pengadilan mengenai keterangan surat tersebut.
''Saat itu kan korban dalam keadaan terpaksa dan tertekan. Sehingga menandatangi surat itu, di pengadilan nanti korban bisa menjelaskan kepada hakim,'' tuturnya.
Terkait korban yang tidak ingin kembali ke kampung halamannya akan di beri pelatihan keterampilan oleh selter, seperti menjahit, keterampilan salon dan sebagainya. ''Korban yang tidak ingin pulang akan diberi pelatihan keterampilan oleh pihak selter, sehingga bisa disalurkan ke tempat-tempat yang membutuhkan pekerjaan,'' tandasnya.
Saya pernah iseng-2 wisata malam ke Geylang s'pore mbak.. trus taunya disana juga ada satu blok khusus untuk cw-2 Indo.. katanya orang sana itu didatangkan dari batam mba.. mngkn prosesnya spt itu kali ya mbak..
ReplyDeleteYa mungkin saja mas... Soalnya letak geografis Batam dengan Singapura sangat dekat hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan feri. Mudahan saja, kasus trafficking bisa segera diatasi pemerintah pusat maupun daerah. Sehingga korban trafficking semakin berkurang atau sebaiknya tidak ada lagi untuk tahun-tahun mendatang.
ReplyDelete