Menu

Nov 10, 2008

Rida Luncurkan Buku Perjalanan Kelekatu

Bersama Para Penyair Tanjungpinang Membaca Puisi

Sabtu (8/11), gedung Aisya Tanjunpinang terlihat ramai, tamu undangan baik anak muda hingga dewasa ingin menyaksikan para penyair Kepulauan Riau, khususnya Tanjungpinang untuk membacakan puisi dan sekaligus peluncuran buku sajak ketiga Rida K Liamsi yang berjudul Perjalanan Kelekatu.

Panggung didesain sedemikian rupa dan ada beberapa alunan musik yang mengiringi penyair yang membacakan puisi-puisi baik karya Rida K Liamsi maupun karya sendiri. Para penyair yang unjuk kebolehan diajang peluncuran buku tersebut antara lain, HM Sani, Wakil Gubernur Kepri, Suryatati A Manan, Wali Kota Tanjungpinang, Mastur Taher, Wakil Bupati Bintan, Aida Ismeth, DPD Kepri, Machzumi Dahwood, Tusiran Suseno, Lawen Newal, Teja Alhabd, Hoesnizar Hood, Hasan Aspahani dan Ramon Damora

Walaupun menurut pengakuan HM Sani baru pertama kali membacakan puisi, tetapi para penonton pun bertepuk tangan setelah HM Sani selesai membacakan puisi yang menceritkan tentang haji. Tidak mau ketinggalan, Suryatati juga membacakan dua puisi. Puisi kedua dipersembahkan untuk ayahanda tercinta. Dimana keinginan ayahnya untuk menuaikan ibadah haji, tetapi masih belum tercapai. Disambut tepuk tangan yang meriah oleh penyuka puisi.

Suasana yang kian malam, tidak membuat penggemar puisi dan sajak meninggalkan bangku penonton. Malah semakin ramai, apalagi beberapa penyair yang sudah memiliki nama di kota yang terkenal dengan sebutan kota Gurindam dan Negeri Pantun itu pun menyajikan puisi yang mengkeritik kehidupan maupun juga pemerintahan dan lingkungan semakin menyemarakan malam minggu di Kota Tanjungpinang itu.

Tidak mau ketinggalan Aida Ismeth pun membacakan puisi karya Rida K Liamsi yang berjudul surat kepada GM dalam kumpulan sajak Perjalanan Kelekatu. Serta membacakan puisi karya sendiri mengenai aklak mulia dengan nada kas Aida Ismeth saat membacakan puisi-puisi itu didepan puluhan penonton.

Pada kesempatan itu juga, Suryatati memberikan sumbangan buku sebanyak 500 buku untuk diberikan kepada taman bacaan yang dibangun dan dikelola Rida K Liamsi untuk masyarakat yang tak mampu. Pada malam puncak, Rida K Liamsi membacakan beberapa puisi dari buku Perjalan Kelekatu, puisi pertama berjudul Di Great Wall, Aceh suatu hari sesudah Tsunami.

Meskipun menurut pengakuan Rida, puisi berjudul Aceh suatu hari sesudah Tsunami merupakan puisi terpanjang. ''Ini sajak yang terpanjang yang saya buat. Saya sengaja membuat sajak ini, karena untuk dikoran sudah ada yang buat. Jadi saya menulis dalam bentuk sajak,'' ujarnya sebelum membacakan bait demi bait sajak Aceh suatu hari sesudah Tsunami.

Saat membaca sajak kedua dari buku karya ketiga itu, Rida K Liamsi diiringi musik yang sesuai dengan sajak yang dibacakannya. Meskipun panjang, para penonton tetap menyimak bait demi bait kata yang diucapkan sang penyair dan pencipta karya tersebut.

Tidak ketinggalan, sajak yang berjudul Perjalanan Kalikatu pun dibacakan. Serta satu sajak dari buku karya keduanya pun ikut dibacakan untuk menutup acara peluncuran buku Perjalanan Kalikatu, serta membaca puisi bersama penyair Tanjungpinang.

Usai acara, sejumlah penyair mendapatkan kenang-kenangan dari Rida L Kaliamsi atas kesempatan yang diberikan untuk menyumbangkan syair dimalam tersebut.

Sebelumnya, Rida K Liamsi sudah menerbitkan dua buku sajak yang berjudul Ode X dan Tempuling. Bahkan salah satu sajak dalam buku Tempuling dibuat dalam bentuk novel yang berjudul Bulang Cahaya.

Menurut Rida K Liamsi, usai acara, menuturkan, buku ketiganya ini sengaja diberikan judul Perjalanan Kelekatu. ''Nama ini dipilih karena memang hampir sebagian besar puisi-puisi dalam kumpulan ini hasil renungan dan catatan-catatan perjalanan. Baik perjalanan fisik ke berbagai negeri termasuk ke Nangroe Aceh Darusallam, sepuluh hari sesudah tsunami,'' urainya.

Diakui Rida, peminat puisi sangat terbatas tidak sama seperti peminat musik yang banyak. Untuk itu perlu ditingkatkan agar kalangan muda menyukai puisi.

''Di sekolah saya dulu, puisi dan sastra dimasukan dalam kurikulum wajib di sekolah. Penyuka puisi harus dibangkitkan kembali, di Pekanbaru penyuka puisi sudah mulai banyak. Begitu juga di Tanjungpinang,'' tandasnya yang mengenal puisi saat berada di Kota Tanjungpinang itu.

Peluncuran buku karya ketiga itu sejak 28 Oktober lalu, tetapi baru sengaja dibacakan malam lalu di Kota Tanjungpinang untuk bernostalgia dan berkumpul bersama rekan penyair membacakan puisi.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu