Walikota : Jadikan Potensi Wisata dan Tapak Tilas
Untuk kembali mengairahkan wisata kota Tanjungpinang yang memiliki beragam potensi bahari maupun sejarah. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang telah membangun pelantar atau jembatan yang berada di kawasan Melayu Kota Piring yang terletak pada hulu riau dengan menawarkan pesona hutan bakau yang ada disekitar sungai carang.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Abdul Kadir Ibrahim, sejarah mencatat kota lama istana kota lama merupakan awal kekuasaan kesultanaan Melayu Riau-Johor-Pahang-Lingga pada masa kerajaan Sultan Abdul Jalilsyah (1613-1677) yang memerintahkan untuk mencari tempat baru.
''Pada saat pencarian itulah di Sungai Carang mereka menemukan semacam delta, pulau di mulut sungai, yang dinilai cocok untuk permukiman. Lokasi yang dipilih sedikit masuk Sungai Carang atau di Hulu Riau yang dijadikan istana,'' tuturnya.
Sejarah mencatat di sekitar lokasi pembangunan jembatan hutan bakau tersebut sebagai istana kota lama. Namun masyarakat kota Tanjungpinang menyebutnya dengan sebutan istana kota rebah. Hal itu dikarenakan kondisi bekas istana tersebut. Berdasarkan pantauan Tanjungpinangpos sebagaian besar sturktur bangunan yang tersisa sudah rebah ke tanah. Sisa bangunan yang berdiri ditumbuhin pohon.
''Kita berharap dengan adanya wisata hutan bakau juga sekaligus dijadikan tempat wisata sejarah. Karena bagunan yang ada disekitar ini merupakan bangunan peninggalan sejarah pada masa Kesultanan Melayu Riau ini,'' tuturnya.
Akib, sapaan Abdul Kadir Ibrahim, bangunan jembatan ini merupakan tahap awal dan akan ada penambahan jembatan. Saat ini jembatan yang sudah selesai dibangun ini memiliki panjang 200 meter dan lebar 1,5 meter.
Sedangkan untuk papin blok dibangun dengan panjang 128 meter dan lebar 1,2 meter dan luas 184 meter. Tidak hanya itu saja, di lokasi tersebut juga dibangun sumur bor, toilet, rumah peristirahatan, dan juga tempat peristirahatan dan pos penjagaan. Menurut Akib, setiap seratus meter jalan di jembatan ada tempat peristirahatan.
Suasana alam dan juga situs sejarah bisa menjadikan alterantif baru bagi tempat wisata kota Tanjungpinang. Menurut Walikota Tanjungpinang, Suryatati A Manan, dengan diresmikan jembatan ini maka lokasi hutan bakau ini menjadi salah satu alterantif pariwisata yang bisa dikunjungi.
''Selain bisa menikmati alam juga bisa dijadikan wisata tapak tilas, dimana memang di lokasi ini merupakan situs sejarah pada masa kerajaan Melayu,'' ucapnya.
Sehingga wisata kota Tanjungpinang, lanjutnya, tidak hanya di kota saja, tetapi juga bisa menelusuri sejarah atau tapak tilas yang ada dilokasi istana kota lama atau istana kota rebah.
''Ini merupakan potensi wisata hutan bakau dan juga tapak tilas. Apalagi jenis bakau yang ada di sungai hulu riau atau sei carang ini memiliki 12 jenis pohon bakau yang ada satu jenis yang tidak ada di Bali, tetapi masih ada di kota Tanjungpinang,'' ungkapnya.
Untuk menuju lokasi tersebut memiliki dua alterantif jalan yakni lewat darat dan laut. Bagi yang memilih jalur lewat darat membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan jalur jalan yang tidak beraspal dan semak berlukar. Sedangkan lewat laut membutuhkan waktu 10 menit, namun masih belum ada kapal atau pompong yang membuat jalur ke lokasi istana kota rebah tersebut.
Menurut Suryatati, masalah ini juga harus sudah dipikirkan, jangan sampai jembatan yang sudah dibangun tidak dimanfaatkan sebagai potensi wisata. ''Kita harus bekerjasama dengan semua pihak agar potensi wisata alam dengan tema back to nuture dan juga cagar budaya tetap bisa dinikmati wisatawan,'' tuturnya.
Tatik, sapaan Suryatati A Manan berharap untuk langkah awal mengajak para pelajar untuk mempelajari situs cagar budaya di istana kota rebah dan juga mengenal jenis pohon bakau. Dengan begitu nanti akan menyebar dari mulut ke mulut. Sehingga menjadikan wisata kota Tanjungpinang berkembang.
This site was... how do I say it? Relevant!! Finally I've found something that helped me.
ReplyDeleteAppreciate it!