Menu

May 3, 2009

Hindari Flu Babi, Penumpang Diperiksa

Perlengkapan Scanning Virus Masih Manual

Kewaspadaan terhadap virus flu babi yang sudah menyebar di beberapa negara yang ada di dunia. Pemerintah meningkatkan kewaspadaan fasilitas kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk mengantisipasi penyebaran virus influensa babi, yang sejak Maret merebak di Mexico dan Amerika Serikat.

Menurut Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Tanjungpinang, Bachtian Agus Wijaya, Rabu (29/4), sejak tanggal 25 April 2009 lalu Departeman Kesehatan sudah mengeluarkan surat untuk melakukan pengawasan dan antisipasi terjadinya penularan virus flu babi melalui pintu masuk internasional.

Peningkatan kewaspadaan terhadap penularan virus influensa babi sub tipe H1N1 tersebut berdasarkan pernyataan Direktur Jendral WHO Margaret Chan, yang menetapkan kejadian flu babi sebagai kedaruratan kesehatan publik yang butuh perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHIC) berdasarkan masukan Emergency Committe.

''Kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap penumpang kapal dari luar negeri yang mau masuk ke Tanjungpinang. Karena mesin scanner rusak, kita lakukan secara manual dengan alat digital temometer,'' ungkap Bachtian.

Diakuinya, alat scanning tersebut lagi rusak, sehingga menggunakan digital temometer secara manual dengan memeriksa penumpang yang turun dari kapal dengan menaruh alat tersebut pada dahi dan kuping untuk mengetahui suhu tubuh.

Suhu tubuh yang normal berkisar 34 derajat celsius hingga 37 derajat celsius. Bagi penumpang saat terdeketsi suhu badannya 38 derajat selsius diduga telah terindikasi virus flu babi. ''Virus ini sama dengan virus flu burung, sehingga kita menggunakan alat yang sama seperti kasus flu burung maupun SAR,'' akunya.

Alat manual digital temometer yang dimiliki KKP berjumlah empat unit yang dibagi untuk empat pelabuhan internasional dan dua di bandara. Sedangkan di Lagoi masih menggunakan alat scanning otomatis. Sebab di pelabuhan Lagoi merupakan pintu masuknya turis asing ke Pulau Bintan.

''Kita juga sudah meminta pemerintah pusat untuk segera mengganti mesin yang sudah rusak ini sejak dua tahun lalu. Mudahan dalam waktu dekat segera di kirim pengganti mesin yang rusak,'' katanya.

Diakui Bachtian, alat digital temometer manual tersebut memang menganggu penumpang, karena dibutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 menit untuk menditeksi suhu tubuh penumpang.

Namun karena alat scanning suhu badan otomatis rusak. Sehingga satu-satunya langkah menggunakan alat tersebut. Walaupun begitu, petugas yang sudah disiapkan dalam melakukan pengecekah suhu tubuh itu menggunakan baju pengaman dan alat penutup mulut untuk menghindari penularan virus flu babi, jika ternyata ada penumpang yang terjangkit.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu