Menu

Nov 27, 2008

Pabrik Tempe-Tahu Berhenti Operasional

Harga Kacang Kedelai Tinggi

Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat yang berdampak dengan nilai mata uang dolar yang naik turun, ternyata berdampak pada pabrik tempe dan tahu yang ada di Kota Tanjungpinang. Hal tersebut diungkapkan Solehan (39), pemilik Pabrik tahu dan tempe di jalan Yos Sudarso, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Tanjungpinang Barat.

Ditemui Batam News di rumah dan sekaligus tempatnya usaha, pria bertubuh besar itu mengaku merasa susah untuk produksi tahu dan tempe. Karena harga bahan baku berupa kacang kedelai mengalami kenaikan harga yang tak menentu.

''Harga kacang kedelai ini berdasarkan harga dolar yang ada di pasaran. Kalau harga dolar meninggi, harga kacang kedelai pun ikut mahal,'' keluhnya.

Kenaikan harga bahan baku kacang kedelai yang diolah menjadi tempe dan tahu tersebut tidak bisa membuat pengusaha tempe dan tahu di Tanjungpinang menaikan harga. Namun, lonjakan dolar yang kian meninggi berdampak pada bahan baku kacang kedelai yang memang diimpor dari Malaysia.

''Kacang kedelai ini berasal dari Malaysia, kacang kedelai lokal jarang masuk kesini. Kalau pun masuk harganya juga lebih mahal,'' ungkapnya.

Padahal untuk sekali produksi, pabrik tempe dan tahu yang merupakan warisan orangtuanya dan sudah berdiri sejak 30 tahun lalu tersebut membutuhkan bahan baku kacang kedelai sebanyak tujuh karung goni atau per karung berisi 150 kilogram. Bahan tersebut diproses untuk menghasilkan tempe dengan panjang 1,6 sentimeter sebanyak 200 batang dan tahu kecil sebanyak 5000 keping.

''Kami menjual harga per keping tahu kecil Rp400 sedangkan tempe per batang dengan ukuran 1,6 sentimeter Rp8000,'' ujarnya.

Harga tersebut merupakan harga normal yang diberikannya kepada konsumen. Namun, karena bahan baku sudah mulai naik dan biaya produksi sudah tinggi. Mau tidak mau pengusaha tempe dan tahu yang berjumlah 45 pengusaha tersebut memutuskan untuk tidak beroperasi mulai Kamis hingga Sabtu medatang. Untuk menetukan harga, karena bahan baku yang semakin meninggi mengikuti harga dolar.

''Kami terpaksa menaikan harga, ini merupakan kesepakatan kami semua. Mulai kamis, kami tidak beroperasi dan baru Minggu kami kembali beroperasi tetapi harganya kami naikkan, mau tak mau untuk menutup biaya operasional,'' ungkapnya.

Katanya, harga tahu kecil per potong Rp500 sedangkan tempe dengan ukuran 1,6 sentimeter dijual per potong Rp14 ribu.

Kendala pengusaha tempe dan tahu yang ada di Tanjungpinang bukan hanya harga bahan baku yang tidak menentu dan lebih mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Padahal, Solehan mengaku kalau harga bahan baku naik tidak terlalu tinggi, produksinya masih bisa bertahan.

Namun harga bahan baku terus menerus mengalami kenaikan. Sehingga membuat pengusaha tempe dan tahu di Tanjungpinang menjerit dengan harga yang tidak menentu tersebut. Bahkan, subsidi dari pemerintah per kilo Rp1000 sudah mulai tak jalan lagi sejak sebulan lalu.

''Bulan ini saja kupon subsidi kacang kedelai saja tidak bisa digunakan. Kata agen yang ditunjuk pemerintah sudah dihentikan. Padahal menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota akhir tahun ini subsisi kacang kedelai tidak diberikan. Faktor ini juga memberatkan kami,'' keluhnya.

Belum lagi ditambah harga kayu bakar terus mengalami kenaikan harga. Padahal untuk membuat tempe dan tahu menggunakan bahan kayu bakar. Pengusaha pabrik tempe dan tahu terus menerus merasa kesulitan untuk beroperasi. ''Harga kayu mengalami kenaikan Rp20 ribu sampai 50 ribu. Ini juga sangat memberatkan kami sebagai usaha home industri,'' ungkapnya.

Solehan berharap agar pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut. Sehingga pabrik tempe dan tahu terus beroperasi.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu