Menu

Jul 6, 2009

Suryatati : Menulis Puisi Sejak Tahun 2006

Kota Gurindam dan Negeri Pantun Lahirnya Penyair dan Penulis

Berbagai penyair dan penulis terlahir dari kota Tanjungpinang yang terkenal dengan sebutan kota Gurindam dan Negeri Pantun. Kota Tanjungpinang yang ada di Kepulauan Riau ini memiliki segudang sejarah Melayu mulai dari sejarah Raja Ali Haji yang juga penulis. Peninggalan sejarah ini menjadi pemicu aneka kreasi warga kota Tanjungpinang maupun pendatang di kota Tanjungpinang untuk mengasah kemampuannya dalam bidang penulisan maupun penyair.

Tidak ada salanya, kota Tanjungpinang bisa dijadikan tempat lahirnya penyair dan penulis regenerasi yang memiliki potensi dan kemauan. Salah satunya, Wali Kota Tanjungpinang, Suryatati A Manan. Menurut, orang nomor satu di kota Tanjungpinang itu, dirinya baru mulai aktif menulis di tahun 2006.

''Sepeninggalan suami saya, saya mengungkapkan perasaan saya dengan cara menulis. Dengan menulis, saya bisa mengutarkan apa yang saya rasakan, kesedihan dan berbagai hal,'' tuturnya, Minggu (7/6), di sela-sela pembukaan pasar oleh-oleh,

Diakui Tatik, sapaan Suryatati A Manan, kebanyakan puisi yang ditulisnya merupakan ungkapan perasaannya saat itu dan juga mengenai kejadian yang ada di sekelilingnya.

Menulis bagi wanita berkulit putih itu bisa menembus perasaan yang sedang dirasakannya. Dikala perasaannya hancur, sedih melihat kondisi dirinya maupun masyarakat. Semuanya dituangkan dalam bentuk tulisan. Kebanyakan tulisannya diungkapkan dalam bentuk puisi.

Dalam menuliskan puisi, Tatik menuturkan, tidak membutuhkan waktu dan tempat khusus. Kapan saja dan dimana saja, ia bisa menulis apa yang sedang dipikirkannya.

Sejalannya waktu yang terus berjalan, hasil tulisan puisinya pun semakin banyak. Awalnya, memang tidak ada niat menjadikan dalam bentuk buku. Namun, karenakan menghadiri disejumlah acara dan selalu meluangkan waktu membaca puisi karya sendiri. Usai membacakan puisi pada kegiatan tertentu, beberapa orang datang menghampirinya dan meminta salinan dari puisi itu.

Berawal dari situlah dan juga dukungan teman-teman seniman yang ada di kota Tanjungpinang. Akhirnya, Tatik mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengumpulkan hasil karyanya dalam bentuk kumpulan buku puisi. ''Banyak yang minta puisi saya, bahkan pernah saya membacakan puisi janda. Usai membacakan puisi itu, ada seorang wanita membisikan kepada saya. Saya juga janda bu, yang tabah dan kuat ya,'' ujar Tatik mengingat masa-masa tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Tatik mengakui, kebanyakan puisi yang ia tulis merupakan gambaran perasaan yang sedang dialaminya. Sehingga tidak heran, banyak masyarakat usai mendengarkannya membaca karyanya mendatanginya dan meminta salinan tulisan yang dibacakannya.

Tiap-tiap bait puisi yang ditulisnya tersebut merupakan rangkaian perasaannya dikala saat itu. ''Terkadang saya sering menangis saat menulis puisi dan membaca ulang bait puisi yang sudah saya tulis. Serasa mengungkapkan perasaan hati,'' tuturnya.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Berkunjung dan Silahkan berkomentar sesuai dengan artikel. No spammy please..... Salam cantik, sehat dan bahagia selalu