Bagi wanita yang sedang mengandung, waspadailah terhadap kehamilan berisiko tinggi. Karena kehamilan berisiko tinggi ini tidak hanya berpengaruh buruk terhadap keselamatan janin yang sedang dikandung. Tetapi, juga bisa mengancam jiwa sang ibu. Bahkan, kehamilan berisiko tinggi ini juga bisa menghilangkan nyama keduanya. Karena itu, untuk menghindari kehamilan berisiko tinggi, bagi ibu hamil lebih baik mengetahui tanda-tandanya.
''Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kehamilan itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu. Atau sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya. Atau keduanya ini saling berpengaruh,'' papar dr. F.X. Eric Soeroso, Sp.OG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Klinik Spesialis Griya Medika, Jumat (6/7).
Ia menuturkan, kehamilan resiko tinggi (high risk pragnancy), merupakan ancaman terbesar bagi perempuan. Karena tidak sedikit wanita yang kehilangan nyawa karena kehamilan resiko tinggi ini. Namun, sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum sadar bahkan tidak tahu kalau kehamilannya itu berisiko tinggi, sangat membahayakan baik itu bagi janinnya maupun jiwa si ibu sendiri.
''Ada tiga faktor yang menyebabkan kehamilan seseorang itu berisiko tinggi yaitu, faktor menetap atau fisik sang ibu, penyakit yang diderita si ibu dan keadaan kehamilan atau bayi yang dikandung,'' paparnya.
Eric menerangkan, yang dimaksud faktor menetap, kondisi fisik dari ibu sebelum hamil memang telah berisiko. Seperti tinggi badannya kurang dari 145 cm, kemungkinan pinggulnya kecil dan akan kesulitan melahirkan secara normal. Bisa juga kecacatan ada pinggul. Mungkin si ibu pernah terkena polio, sehingga pinggulnya tidak simetris. Bisa juga karena gizi ibu yang jelek atau berat badannya saat hamil kurang dari 40 kg.
Kemungkinan sebelum sang ibu hamil, pernah menderita penyakit kronis, TBC, radang paru-paru, asma, anemia atau kekurangan darah, malaria atau terkena penyakit jantung. "Jika seseorang menderita salah satu penyakit ini, dan ia memutuskan untuk hamil. Maka keselamatan jiwa dan janin yang dikandungnya akan terancam. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk hamil, harus diketahui sejak dini. Bahwa kehamilan itu berisiko tinggi atau tidak," tuturnya.
Ia melanjutkan, umur Ibu saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Serta sering terjadi keguguran sebelumnya, juga berisiko tinggi terhadap keselamatan janin dan ibu.
Bagaya yang ditimbulkan akibat kehamilan berisiko tinggi ini bisa sangat fatal. Diantaranya bayi lahir belum cukup bulan atau prematur. Bayi lahir dengan berat lahir rendah, keguguran (abortus), persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. Janin mati dalam kandungan. Ibu hamil saat bersalin meninggal dunia dan keracunan kehamilan atau kejang-kejang.
"Terus bagi si ibu yang punya tinggi badan kurang dari 145 cm misalnya, jika dipaksakan melahirkan secara normal, tentu akan terjadi robekan rahim. Begitu juga dengan ibu yang mengidap penyakit, jika dibiarkan tentu akan menular juga pada bayi yang akan dilahirkannya," ujar dokter Eric mengakhiri.
''Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana kehamilan itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu. Atau sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya. Atau keduanya ini saling berpengaruh,'' papar dr. F.X. Eric Soeroso, Sp.OG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Klinik Spesialis Griya Medika, Jumat (6/7).
Ia menuturkan, kehamilan resiko tinggi (high risk pragnancy), merupakan ancaman terbesar bagi perempuan. Karena tidak sedikit wanita yang kehilangan nyawa karena kehamilan resiko tinggi ini. Namun, sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum sadar bahkan tidak tahu kalau kehamilannya itu berisiko tinggi, sangat membahayakan baik itu bagi janinnya maupun jiwa si ibu sendiri.
''Ada tiga faktor yang menyebabkan kehamilan seseorang itu berisiko tinggi yaitu, faktor menetap atau fisik sang ibu, penyakit yang diderita si ibu dan keadaan kehamilan atau bayi yang dikandung,'' paparnya.
Eric menerangkan, yang dimaksud faktor menetap, kondisi fisik dari ibu sebelum hamil memang telah berisiko. Seperti tinggi badannya kurang dari 145 cm, kemungkinan pinggulnya kecil dan akan kesulitan melahirkan secara normal. Bisa juga kecacatan ada pinggul. Mungkin si ibu pernah terkena polio, sehingga pinggulnya tidak simetris. Bisa juga karena gizi ibu yang jelek atau berat badannya saat hamil kurang dari 40 kg.
Kemungkinan sebelum sang ibu hamil, pernah menderita penyakit kronis, TBC, radang paru-paru, asma, anemia atau kekurangan darah, malaria atau terkena penyakit jantung. "Jika seseorang menderita salah satu penyakit ini, dan ia memutuskan untuk hamil. Maka keselamatan jiwa dan janin yang dikandungnya akan terancam. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk hamil, harus diketahui sejak dini. Bahwa kehamilan itu berisiko tinggi atau tidak," tuturnya.
Ia melanjutkan, umur Ibu saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Serta sering terjadi keguguran sebelumnya, juga berisiko tinggi terhadap keselamatan janin dan ibu.
Bagaya yang ditimbulkan akibat kehamilan berisiko tinggi ini bisa sangat fatal. Diantaranya bayi lahir belum cukup bulan atau prematur. Bayi lahir dengan berat lahir rendah, keguguran (abortus), persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. Janin mati dalam kandungan. Ibu hamil saat bersalin meninggal dunia dan keracunan kehamilan atau kejang-kejang.
"Terus bagi si ibu yang punya tinggi badan kurang dari 145 cm misalnya, jika dipaksakan melahirkan secara normal, tentu akan terjadi robekan rahim. Begitu juga dengan ibu yang mengidap penyakit, jika dibiarkan tentu akan menular juga pada bayi yang akan dilahirkannya," ujar dokter Eric mengakhiri.
0 comments:
Post a Comment