Diamankan Saat Berada di Kapal Menuju Jakarta-Surbaya
Mendapat informasi adanya imigran gelap dari Malaysia yang merupakan warga negara Afganistan. Pihak imigrasi melakukan pengawasan bersama pihak terkait seperti KP3 maupun lembaga yang terkait. Mereka diamankan, sekitar pukul 05.30 WIB melalui kapal KM Dobon Solo melalui Pelabuhan Kijang, kapal tersebut bertujuan Jakarta dan Surbaya.
Awalnya, lima orang yang diamankan, lalu didapati mereka menyebar di ruang-ruang yang ada di dalam kapal antara dua hingga tiga orang, hingga total yang diamankan saat itu berjumlah 18 orang. Mereka datang tanpa dokumen lengkap ataupun resmi.
Menurut Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Kota Tanjungpinang, Ohan Suryani, Senin (4/5), diduga mereka masuk ke Bintan melalui Berakit dengan menggunakan kapal pompong.
''Tujuan mereka antara Jakarta atau Surbaya lalu terbang ke Australia. Mereka sengaja memilih masuk melalui Bintan, karena di Batam pengawasan sudah mulai ketat,'' tutur Ohan.
Diakuinya, informasi akan masuknya warga Afganistan tersebut sudah didapat dua hari sebelumnya. Karena itu, pihak Imigrasi di Pelabuhan Kijang diminta waspada akan kedatangan mereka untuk menuju Jakarta atau Surbaya.
Rupanya para imigran gelap atau ilegal dari Afganistan itu masuk melalui pintu belakang kapal. Sehingga petugas tidak mengetahui keberadaannya. ''Kami menduga lebih dari delapan belas, karena mereka datang selalu bergrup atau rombongan. Kita juga sudah mengontek pihak Jakarta dan Surbaya untuk mengetahui keberadaan warga Afganistan tersebut,'' urainya.
Walaupun ada kecurigaan dari pihak Imigrasi Kota Tanjungpinang lebih dari delapan belas orang yang berada di dalam kapal. Namun, nama-nama yang membeli tiket tersebut yang cukup unik memang ada delapan belas, berdasarkan dari tiket yang dijual kepada mereka. ''Bisa jadikan mereka menggunakan nama lain,'' tuturnya.
Delapan belas warga Afganistan yang mayoritas laki-laki itu akhirnya di bawa ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudinem) Tanjungpinang karena tidak bisa menunjukan dokumen resmi.
Sementara itu di Rumah Detensi yang bisa menampung 600 orang tersebut, Jurmahaan (18) menuturkan, dirinya tidak tahu kalau sudah berada di Indonesia.
''Kami hanya tahu bahwa kami sudah keluar dari negara kami,'' tuturnya.
Untuk bisa keluar dari negara Afganistan, Jurmahaan menceritakan, mereka harus membayar sepuluh ribu US per orang. Karena tidak sanggup untuk tinggal di negaranya, mereka pun membayar uang tersebut kepada seseorang yang tak mereka kenal.
''Selama perjalanan keluar dari negara kami, kami dimasukan ke dalam mobil box yang dikunci dari luar. Lalu, kami naik pesawat dan kemudian berlayar tanpa tahu tujuan yang jelas,'' ujar pria bertubuh tinggi itu.
Sehabis mendarat, mereka kemudian di kurung selama lima hari tanpa di kasih makan apa pun. ''Kami benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Karena tidak di kasih makan dan minum,'' timpal Ulam Yahya (19).
Setelah itu, hari berikutnya mereka pun kembali belayar. Usai mendarat, mereka pun di kurung kembali hingga kemarin mereka mau diberangkatkan dengan menggunakan kapal menuju Jakarta. ''Kami minta perlindungan IOM (Internasional Organization of Immigration),'' tutur Ulam.
Sementara itu, Jurmahaan menuturkan, mereka tidak mau kembali ke negaranya. ''Kami ke sini minta perlindungan dari IOM. Bahkan ada teman saya,'' ujar Jurmahaan menunjuk salah satu orang yang juga diamankan itu.
Satu keluarganya, lanjut Jurmahaan, dibunuh baik anak-anak dan perempuan semua di bunuh, tinggal dia seorang yang selamat dari kekejaman itu.
Lain halnya dengan Muhammad Tarim (26), pria yang masuk melalui Batam dan sudah dititipkan beberapa hari di Rumah Detensi mempertanyakan berapa lama lagi dia berada di ruangan sel tersebut. Saat ditanya apakah mereka mau dipulangkan ke negeranya, Tarim langsung menolak dengan tegas. ''Kami sudah susah-susah keluar untuk apa kami kembali ke negara kami,'' tuturnya meluapkan emosinya.
Pada saat wartawan datang ke rumah Detensi yang dibangun dengan sebagaian dari dana IOM tersebut, nampak beberapa warga Afganistan tersebut membuat tulisan di kertas HVS yang berbunyi, ''Thanks to Help Us Indonesia'', We Need the help ot UNHCR'', '"We are the Victim of War''.
Triana Rahmawati Merajut Harapan dan Membuka Jalan Bagi ODMK
-
Kisah Inspirasi Triana Rahmawati Yang Merajut Harapan dan Membuka Jalan
Bagi Orang dengan Masalah Kejiwaan Sumber: LinkedIn.com Petunjukhidup.com-
Memilik...
0 comments:
Post a Comment