Siswi SMA Melahirkan Bayi Tujuh Bulan
Sebut saja namanya Melati (17) masih duduk dibangku kelas 1 SMA di salah satu Kabupaten Bintan. Melihat fisik Melati yang bertubung sedang dan berparas ayu itu tentunya masyarakat tidak akan percaya. Gadis belia itu telah melahirkan bayi prematur yang saat ini berada di RSUD Kota Tanjungpinang.
Saat Batam News mendatangi rumah Melati yang berada di Tuapaya, Senin (22/6). Rumahnya terbuat dari kayu dan yang keluar pertama kali nenek Melati yang membesarkannya, setelah ibu Melati meninggal dunia beberapa tahun silam. Melati tinggal bersama saudara kandung dan saudara tiri di rumah neneknya, Juminem (85).
''Anak saya, ayah Melati ini bekerja serabutan untuk menghidupi anak-anaknya. Kami tidak pernah menyadari kalau Melati hamil dan anak yang di rumah sakit itu adalah cicit saya,'' ujar Juminem dalam gubuknya.
Kelakuan Melati, lanjut wanita setengah abad itu, sama seperti kelakuan anak-anak yang lainnya. Pernah suatu hari, tepatnya di hari lebaran kedua tahun lalu, Melati kabur dari rumah. Kaburnya Melati dari rumah ini rupanya membawa petaka lebih besar bagi keluarga besar janda Juminem yang juga bekerja serabutan di kebun orang dan kebun sendiri.
Dalam kaburnya Melati, rupanya ia berkenalan dengan seorang pria yang mengaku bernama Ari Wibowo dan merupakan calon mahasiswa S2 sambil bekerja di Lagoi. Dari perkenalan pertama di kilometer 16 pagi hari itu. Melati dsn Ari Wibowo pun resmi pacaran.
''Saya berkenalan dengan Ari di simpang kilometer enam belas, waktu itu saya memang hendak kabur dari rumah. Kami pun jalan-jalan,'' ujar Melati.
Dari satu pertemuan yang tidak disengaja berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Hubungan komunikasi diantaranya melalui ponsel dan juga chatting. Hingga akhirnya, di bulan November itu juga, Melati kehilangan perawanannya di kost Ari yang berada di simpang Lagoi.
''Waktu itu, saya dibawa ke kostannya di Simpang Lagoi, disitu ia merayu saya untuk melakukan hubungan intim,'' ujarnya malu-malu.
Bujuk rayuan gombal pria yang baru dikenalnya itu pun meluluhkan hati Melati yang saat itu masih duduk dibangku kelas 1. Ia pun melakukan hubungan yang terlarang. Diakui gadis berkulit kuning langsat itu, ada perasaan takut saat melakukan hubungan badan itu.
Rasa takutnya lebih pada rasa takut ketahuan orangtua dan keluarganya bila mengetahui dirinya sudah tidak perawanan. Namun sejalannya waktu, keluarga Melati tidak menyadari ada perubahan pada Melati. Sementara sikap Melati di rumah seperti biasa tidak ada yang berubah.
''Kami ketemuannya selalu di jalan, saya tidak pernah membawa dia ke rumah, dan dia juga tidak pernah mengantar ke sekolah. Kita ketemunya di jalan,'' ungkapnya.
Melati mengakui dirinya melakukan hubungan badan dengan Ari dua kali di tempat yang berbeda.
Hubungan mereka pun masih berjalan dengan baik, komunikasi masih lancar dilakukan, baik melalui telepon ataupun chatting. Hingga akhirnya, dibulan keempat, Melati merasakan ada yang berubah pada dirinya. Ia merasa ingin makan sesuatu yang berbeda.
''Saya baru menyadari waktu hamil tiga bulan, saya pengen makan ini, makan itu, banyak permintaan,'' akunya.
Begitu menyadari ada yang lain pada dirinya, Melati pun mencoba menceritakan pada pacarnya. Ia datangi kost pacarnya, rupanya ia sudah tidak tinggal lagi disitu. Akhirnya, ia pun berhasil menghubungi pacarnya dan mengungkapkan bahwa dirinya hamil.
''Ia pura-pura tidak mendengar dan sibuk sendiri. Setelah itu, ponselnya tidak pernah aktif, begitu juga dengan ID chattingnya,'' tuturnya.
Walaupun hatinya sedang gundah, Melati tetap tidak berani bilang pada orangtuanya, khususnya ayahnya. Rasa takut menyelimuti dirinya. Ayahnya suka marah dan memukul. Rahasia itu disimpannya seorang diri. Ia pun tetap beraktivitas seperti biasa.
Tidak ada yang ditutup-tutupinnya kecuali bahwa dirinya hamil. Hingga pada tanggal 2 Juni lalu, pagi hari itu, perutnya terasa sakit dan mules. Ia menyadari dirinya akan melahirkan. Meskipun kandungannya saat itu masih tujuh bulan. ''Saya minta tolong saudara mengantarkan ke dokter, adik saya membawa sepeda motor dan abang menggendong saya,'' ungkapnya.
Sampai disimpang, Melati mengaku kalau dirinya hamil dan harus segera ke bidan. Didatanginya bidan terdekat, pada wajah Hendro, terlihat pias dan shock mengetahui adiknya hamil. ''Abang sampai tidak bisa berbicara apa-apa, ya sudah terjadi,'' ujar Melati mengingat perkataan abangnya.
Rupanya bayi berjenis kelamin laki-laki itu bertubuh prematur segera dilarikan ke RSUD oleh bidan. Melati sempat di rawat semalam di rumah sakit dan keesokan harinya, Melati menelpon sebut saja Ridu, adiknya, untuk menjemputnya pulang. Namun, Ridu, pelajar SMP di Bintan itu tidak mengetahui jalan ke rumah sakit.
Melati pun tidak kehilangan akal, di teleponnya abangnya, abangnya pun datang menjemput. Menurut pengakuan Melati, abangnya sudah pamit pada perawat jaga.
Pada saat melahirkan itu, Melati, saat berada di bidan mengaku bernama Sumarni. ''Saya hanya mengarang nama itu, karena takut ketahuan dan saya tidak ada berniat meninggalkan bayi saya. Saya cuma bingung,'' akunya.
Ia pun tidak pernah sekali pun menjeguk bayi yang berkulit sawo matang itu di ruang khusus bayi prematur. Hingga akhirnya, sekitar jam 16.00 WIB, Melati bersama KPAID (Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah) Kepulauan Riau mendatangi RSUD Kota Tanjungpinang.
Melati ditemani adiknya yang masih duduk dibangku kelas 6 SD itu pun masuk ke ruang bayi dan ditemani Ketua KPAID dan konsultan KPAID, Andi. Awalnya Melati enggan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Apalagi, saat perawat yang sedang bertugas mempersilahkan Melati untuk menyentuh dan bahkan menggendong bayi itu.
Dengan mata berkaca-kaca, Melati hanya terpaku berdiri di depan tempat tidur bayinya yang hanya menggunakan pemper. Berat badan bayi itu hanya tujuh ons. Bisa dibayangkan, bayi tujuh bulan dengan berat badan hanya tujuh ons, sangat ringan dan kulitnya pun sedikit berkeriput.
Tangannya bergetar saat menyentuh tangan bayinya. Namun, ia enggan untuk mengendong. Berkali-kali ia mencoba menahan agar air matanya tidak turun. Bayi itu hanya dipandanginya. Sedangkan adiknya, Lia berkata, bayi itu sangat kurus.
Sementara itu, Juminem, nenek Melati saat di rumahnya mengaku bersedia membesarkan cicitnya. ''Biar bagaimana pun itu adalah cicit saya, saya akan merawatnya dengan baik, saya masih mampu menjaganya,'' ungkap wanita yang rambutnya sudah penuh dengan uban.
Melati juga mengaku akan merawat anaknya dan menjaganya.
Kasus ini terungkap berkat kecurigaan guru pada Melati pada saat itu, Melati sempat tiga hari tidak masuk sekolah. Pada tanggal 6 Juni 2009 lalu, Melati masuk ke sekolah dan pingsan. Saat itu, guru mencurigai Melati lagi hamil. Padahal, saat itu, Melati sudah melahirkan empat hari.
0 comments:
Post a Comment