Sekolah Global Indo-Asia (SGIA) merupakan sekolah dengan standar internasional bagi anak-anak Indonesia maupun asing, yang berdiri sejak tahun 1998 yang awalnya mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK). Dengan berjalannya waktu, SGIA merambah hingga pendidikan Menengah Atas.
Dengan memegang komitmen untuk memberikan pendidikan yang terbaik melalui program belajar mengajar yang sesuai bagi setiap siswa. Apalagi jumlah siswa di kelas dibatasi, sehingga lebih memudahkan menerima pelajaran yang diberikan guru. Pelajaran yang diberikan tidak hanya sebatas teori saja, tetapi lebih kearah praktek.
''Sekolah Global ini berdiri karena melihat banyak masyarakat Batam yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura,'' papar Esther Irene Djara, Public Relation Sekolah Global Indo-Asia. Ia menambahkan, sehingga pendiri Global berpikir, kenapa tidak menerapkan pendidikan luar negeri di Batam.
Dengan didirikannya sekolah Global di Batam yang bertaraf internasional, orang tua tidak perlu menyekolahkan anaknya jauh-jauh ke luar negeri. Karena di Batam sendiri telah mempunyai sekolah yang bertaraf internasional. Apalagi dengan adanya investor asing yang ada di Batam, yang kebanyakan membawa keluarganya. Sehingga bisa menjadi wadah pendidikan bagi orang asing dan juga Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang bertaraf nasional dan internasional.
''Yang sekolah disini tidak hanya anak-anak Indonesia saja, tetapi juga dari luar. Karena disini merupakan tempat berkoraborasi antar budaya. Sehingga bisa saling bertukar budaya,'' ujarnya.
Apalagi kurikulum yang diberikan tidak hanya sebatas kurikulum nasional, tetapi juga lebih bertaraf internasional. Disamping itu, selama dua tahun belakangan ini, SGIA sedang dalam proses untuk mendapatkan intergritas kurikulum IBO (International Baecalaurate Organization). Dengan memberikan kurikulum pelajaran, metode pengajaran dan tenaga pengajar yang sesuai dengan persyaratan IBO. ''Tidak semua sekolah bisa mendapatkannya, karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi,'' tuturnya.
Baik dari segi pengajaran dan juga gurunya. Guru-guru yang mengajar disana diseleksi dengan ketat, baik dari lokal maupun guru asing dengan kiteria yang tinggi. Dan semua guru yang mengajar disana berpengalaman dan berkualitas, mengajarkan anak dengan metode pengajaran yang aktif serta memiliki komitmen demi tercapainya kesejahteraan para siswa.
''Guru disini minimal pendidikannya SI, baik guru asing maupun lokal. Untuk guru asing, rata-rata harus memiliki pengalaman mengajar 10 hingga 28 tahun,'' terangnya. Ia menambahkan, guru asing yang mengajar di Global benar-benar melewati seleksi yang ketat, tidak hanya karena dia orang asing lantas diterima. Melainkan dilihat dari latar belakang pendidikannya, yang harus berlatar belakang education.
Disamping itu, fasilitas yang diberikan di SGIA antara lain ruangan full AC, science lab, computer room, library, music room, klinik, play ground, kantin, gym hall, soccer field dan javascript:void(0)
Publish Postbis sekolah.
Triana Rahmawati Merajut Harapan dan Membuka Jalan Bagi ODMK
-
Kisah Inspirasi Triana Rahmawati Yang Merajut Harapan dan Membuka Jalan
Bagi Orang dengan Masalah Kejiwaan Sumber: LinkedIn.com Petunjukhidup.com-
Memilik...
5 comments:
Please deh yaaaa....
Jangan buat iklan keren-keren, karena sudah rahasia umum tuh bagaimana kualitas karyawan-karyawan di sekolah. tidak semua guru tenaga asing memenuhi kualitas, juga headmaster dan yang ditunjuk jadi directornya, terutama untuk 2 tahun ini.... mengecewakan sekali....
Bukan basa basi, karena saya sudah mengalami sendiri, bagaimana guru-guru lokal yang kualitasnya lebih baik harus dikeluarkan hanya karena kurang patuh dan kritis????
dan adanya KKN sekeluarga guru expat berjumlah 4 orang bekerja dalam satu wadah sekolah. Dan ketidak adilan, yang terkena masalah selalu guru-guru nasional. Pendapat mereka tidak didengarkan dengan semestinya. Penerimaan dan pemberhentian tenaga kerja tidak sesuai prosedur, anak-anak dididik hanya untuk pintar, tapi tidak memperhatikan aspek lainnya.
Guru seni musik expat yang paling tidak bermutu diantara yang lain.
Saya sudah pernah mengikuti juga yang namanya seminar IBO, dan menurut saya, jangan menggembar gemborkan sekolah mau mengadaptasi IBO segala deh kalo tenaganya belum siap. Buat apa yah karena sekolah SGIA ini ternyata masih belum menemukan kurikulum sendiri, dan ganti-ganti terus program. Dan apa memang guru-guru expat selalu lebih bagus daripada guru warga Indonesia? Setahu saya, pendidikan Indonesia ini berasal dari warisan pendidikan Belanda yang ga kalah hebatnya. Saya juga dulu bersekolah di sekolah nasional favorite biasa yang sampai sekarangpun saya tidak pernah melupakan kehebatan kepala sekolah dan guru-guru saya yang semua orang lokal. Kurikulum yang sudah berjalan lebih dari 100 tahun dan tidak berubah-ubah dengan tidak semestinya, guru pun mengajar belasan atau puluhan tahun. bukan tiap tahun ganti. Oke kalau ditujukan untuk anak-anak expatriat, mungkin cocok kurikulum barat. untuk warga negara Indonesia sendiri, apakah cocok? Setahu saya, dinegara kita, selain belajar ilmu, juga penting sekali diajarkan pelajaran moral, pelajaran seni, termasuk seni tradisional dan internasional, dan pelajaran agama juga sangat penting, untuk bekal hidup mereka. Jangan cuman science yang dipentingkan. Dengar-dengar, pelajaran agama kini hanya tinggal 20 menit seminggu? mau belajar apa tuh??? saya jadi ragu mau memasukkan anak kesana. Gitu aja deh.... Buat SGIA, maju terus, jangan plin plan, anda ini adalah yayasan sekolah, bukan bisnis. tolong perhatikan segi pendidikan moral dan otak anak-anak, bukan hanya keren aja fasilitas dan orangtua yang sudah berpendidikan tinggi, tidak hanya akan memandang bahwa kalau expat itu keren. yang penting bagi kami orangtua adalah kualitas! kami menitipkan anak-anak kami berjam-jam, 5 hari dalam seminggu. jadi, bukan main-main. Dan SGIA juga bukan sekolah murah. Terima kasih.
Wah dua orang yang komentarnya sangat bagus... Salut deh aku. Saya tidak bermaksud untuk membesarkan nama satu sekolah koq, karena biar bagaimana pun bagusnya itu sekolah yang menilai adalah orang dalam, maksudnya orang tua dan murid yang belajar disana. Bukan kami yang orang luar. Walaupun anak belajar di sekolah internasional dan nasional menurut ku sama saja. Asalkan orang tua tetap konsen dalam mengawasi dan mendidik anak. Sekolah bagus juga bukanlah jaminan anak itu pintar. Melainkan sekolah yang bagus, juga bisa mengajarkan anak agar bisa lebih tanggung jawab terhadap waktu dan uang yang telah dikeluarkan orang tua. Sehingga belajar dengan sungguh2 benarkan??
Sayang sekali dua orang yang comen tidak meninggalkan alamat untuk saling share informasi...
Saya setuju dengan website tentang wanita, bagus atau tidaknya suatu sekolah hanya bisa dinilai oleh orang tua dan murid yang bersekolah di tempat tersebut. Sekolah yang dipilih seharusnya sesuai dengan kebutuhan anak dan tentunya visi orang tua, kemampuan finansial juga.
Buat anonymous tgl 30 Oktober 2007, saya turut bersimpati kepada anda, tetapi kalau boleh saya memberikan saran, sakit hati jangan dibawa terus, ambil waktu coba renungkan, mungkin suatu kejadian yang tidak kita inginkan terjadi bisa juga disebabkan oleh kita sendiri atau kita turut andil di dalamnya tanpa kita sadari.
Salam
Terimakasih atas dukungannya.... Memang segala sesuatu harus disesuaikan dengan kebutuhan dan finansial. Jangan sampai memilih sekolah diluar jangkauan. Sehingga merasa terbebani....
Post a Comment