Negara yang maju biasanya diiringi dengan perkembangan teknologi yang ada di setiap negara tersebut. Begitu juga dengan negara Indonesia. Semakin maju, sejalan dengan berkembangnya teknologi di Indonesia, khususnya di setiap daerah perkotaan hingga daerah pelosok. Karena kemajuan negara tidak hanya sebatas pada perekonomian, tetapi juga berdasarkan sumber informasi dan komunikasi yang sejalan dengan kebutuhan perkembangan teknologi. Salah satunya, seluler turut memajukan Indonesia menjadi negara yang lebih berkembang.
Awal mulanya negara Eropa lah yang menerapkan teknologi seluler untuk berkomunikasi di era tahun 1970-an. Setelah teknologi seluler di Eropa maju, belasan tahun kemudian, Indonesia ikut memanfaatkan kecangihan komunikasi tersebut pada tahun 1984. Padahal, teknologi seluler Nordic Mobile Telephone (NMT) diperkenalkan pada tahun 1970-an di Indonesia.
Untuk pertama kalinya, teknologi seluler masuk ke Indonesia berbasis Nordic Mobile Telephone (NMT) yang dioperasikan oleh PT Mobisel. Seiring perkembangan dan kebutuhan komunikasi di Indonesia, pada tahun 1985 hingga 1992, ponsel sudah beredar di Indonesia. Namun, kekurangan ponsel tersebut tidak bisa dimasukan ke dalam saku baju atau celana. Karena bentuknya yang besar, panjang, dan berat. Harga ponsel saat itu terbilang mahal, yakni Rp10 juta-an per unit.
Diera tersebut teknologi berbasis seluler terkenal dengan nama NMT-470 yang di modifikasi dari NMT-450 yang dioperasikan PT Rajasa Hazanah Perkasa. Sedangkan sistem Advance Mobile System (AMPS) ditangani empat operator yakni PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo, PT Panca Sakti, dan Telekomindo.
Seiring kemajuan teknologi berbasis komunikasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for Mobile (GSM) untuk pertama kalinya di Pulau Batam dan Pulau Bintan, pada akhir tahun 1993 . Sehingga lahirlah Telkomsel, sebagai anak perusahaan BUMN Telkom yang mulai beroperasi 26 Mei 1995.
Sebelum Telkomsel beroperasi, di tahun 1994, PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) beroperasi di Indonesia sebagai operator berbasis GSM Pertama di Indonesia dengan mengawali kegiatan bisnisnya di Jakarta dan sekitarnya. Bentuk ponselnya pun sudah mulai berkembang, tidak sebesar dan seberat pada era 70-an.
Walaupun Telkomsel kalah satu langkah dengan provider yang sudah mulai beroperasi di kota metropolitan di Jakarta dan sekitarnya. Tidak membuat Telkomsel gencar. Karena terlahir dari BUMN dan bertekad untuk memajukan negeri, proyek anak Telkom di Batam dan Bintan sukses dan langsung dilanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatera.
Kesuksesan Telkomsel di era tahun 2000-an ini awalnya hanya dari 149 BTS (Base Transciver Station) yang dibangun di tahun 1995. Dengan jumlah BTS tersebut, Telkomsel terus merambah jaringan. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi hingga ke pelosok Indonesia, seperti mottonya, Telkomsel menjangkau hingga ke pelosok. Sehingga tidak heran, di usianya yang ketiga belas, Telkomsel telah membangun 22 ribu BTS. Bahkan khusus di tahun 2008 ini, Telkomsel akan menambah 5 ribu BTS baru dengan menginventasikan sekitar Rp14 triliun untuk membangun network yang berkualitas.
Dengan menambah BTS, Telkomsel berhasil melayani lebih dari 95 persen wilayah populasi penduduk di Indonesia. Tidak hanya sekedar menambah jaringan dan BTS saja, Telkomsel juga mengutamakan pelayanan dan juga mengedepankan teknologi moderen hingga tiga tahun berturut-turut mendapatkan predikat Excelent untuk katagori industri telekomunikasi. Hasil itu merupakan hasil riset lembaga independen CCSL (Center for Customer Satisfaction and Loyalty).
Tidak berhenti disitu saja, Telkomsel pun juga menjadi yang pertama untuk menggunakan tower bertanaga matahari atau yang biasa disebut tower solar cell. ''Baru Telkomsel yang menggunakan tower bertenaga matahari untuk wilayah Riau daratan dan Riau Kepulauan dan sudah ada sekitar 30 tower solar cell yang sudah dibangun,'' ujar Gatut Hadi Widodo, GM Sales and Customer Service Telkomsel Regional Sumbagteng.
Untuk di Kepri sendiri, lanjut Widodo, sudah ada tiga tower bertenaga matahari di Pulau Sakera, Pulau Teluk Numbing dan Pulau Mata Air Kundur. Sedangkan di Riau daratan tower solar cell sudah beroperasi 24 tower dan dalam waktu dekat akan ada 6 tower solar cell yang akan di aktifkan.
Tentunya kesuksesan perjalanan Telkomsel tidak mudah. Berbagai inovasi dihadirkan untuk memberikan pilihan kepada pelanggan dan juga bersaing secara sehat dengan provider lain untuk menarik peminat konsumen untuk menggunakan jasa layanan komunikasi mereka.
Perjalanan Telkomsel bermula dari produk unggulan kartu Halo pada tahun 1996 yang sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar kemudian masuk ke Jakarta. Mendukung para provider untuk kemajuan Indonesia sendiri, Pemerintah menghapus pajak bea masuk bagi terminal ponsel. Sehingga harga ponsel menjadi lebih murah, minimal pada masa itu Rp1 juta per unit. Persaingan bisnis telekomunikasi pun semakin gencar, di penghujung tahun 1996 pula, PT Excelcomindo Pratama (Excelcom) Berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebagai operator nasional ketiga GSM di Indonesia.
Di awal tahun 1997, seharusnya Pemerintah mengeluarkan lisensi baru bagi operator seluler berbasis teknologi PHS dan GSM 1800 kepada 10 operator baru yang memberikan lisensi regional. Namun proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan karena negeri ini dihantam krisis moneter. Melihat kondisi ini dan pentingnya komunikasi, Telkomsel pun memperkenalkan kartu prabayar (prepaid) GSM pertama di Indonesia yang dinamai Simpati sebagai alternatif dari kartu Halo. Sehingga masyarakat masih bisa berkomunikasi dengan lancar.
Tak lama berselang Telkomsel mengeluarkan kartu Simpati. di tahun 1998, Excelcom meluncurkan kartu prabayar Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan layanan unggulan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan meluncurkan kartu prabayar Mentari, dengan keunggulan tarif dihitung perdetik sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100 ribu pelanggan.
Meskipun Indonesia di hantam krisis moneter, ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menjadi konsumen seluler. Hingga akhir tahun 1999 ini diseluruh Indonesia terdapat 2,5 juta pelanggan dan sebagian besar adalah pengguna prabayar Simpati, Mentari dan Pro-XL. Mereka memilih prabayar karena tidak ingin dibebani prosedur administrasi dan dapat mengendalikan pemakaian pulsa dan kalau habis dapat diisi ulang.
Bersaing dengan memberikan berbagai variasi harga, layanan dan perluasan jaringan membuat Telkomsel unggul hingga diusianya yang ketiga belas tahun sudah memiliki konsumen lebih 55 persen di seluruh Indonesia. Karena jangkauannya yang terluas dengan berbagai pilihan yang bisa disesuaikan dengan kantong pengunanya.
Awal mulanya negara Eropa lah yang menerapkan teknologi seluler untuk berkomunikasi di era tahun 1970-an. Setelah teknologi seluler di Eropa maju, belasan tahun kemudian, Indonesia ikut memanfaatkan kecangihan komunikasi tersebut pada tahun 1984. Padahal, teknologi seluler Nordic Mobile Telephone (NMT) diperkenalkan pada tahun 1970-an di Indonesia.
Untuk pertama kalinya, teknologi seluler masuk ke Indonesia berbasis Nordic Mobile Telephone (NMT) yang dioperasikan oleh PT Mobisel. Seiring perkembangan dan kebutuhan komunikasi di Indonesia, pada tahun 1985 hingga 1992, ponsel sudah beredar di Indonesia. Namun, kekurangan ponsel tersebut tidak bisa dimasukan ke dalam saku baju atau celana. Karena bentuknya yang besar, panjang, dan berat. Harga ponsel saat itu terbilang mahal, yakni Rp10 juta-an per unit.
Diera tersebut teknologi berbasis seluler terkenal dengan nama NMT-470 yang di modifikasi dari NMT-450 yang dioperasikan PT Rajasa Hazanah Perkasa. Sedangkan sistem Advance Mobile System (AMPS) ditangani empat operator yakni PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo, PT Panca Sakti, dan Telekomindo.
Seiring kemajuan teknologi berbasis komunikasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for Mobile (GSM) untuk pertama kalinya di Pulau Batam dan Pulau Bintan, pada akhir tahun 1993 . Sehingga lahirlah Telkomsel, sebagai anak perusahaan BUMN Telkom yang mulai beroperasi 26 Mei 1995.
Sebelum Telkomsel beroperasi, di tahun 1994, PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) beroperasi di Indonesia sebagai operator berbasis GSM Pertama di Indonesia dengan mengawali kegiatan bisnisnya di Jakarta dan sekitarnya. Bentuk ponselnya pun sudah mulai berkembang, tidak sebesar dan seberat pada era 70-an.
Walaupun Telkomsel kalah satu langkah dengan provider yang sudah mulai beroperasi di kota metropolitan di Jakarta dan sekitarnya. Tidak membuat Telkomsel gencar. Karena terlahir dari BUMN dan bertekad untuk memajukan negeri, proyek anak Telkom di Batam dan Bintan sukses dan langsung dilanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatera.
Kesuksesan Telkomsel di era tahun 2000-an ini awalnya hanya dari 149 BTS (Base Transciver Station) yang dibangun di tahun 1995. Dengan jumlah BTS tersebut, Telkomsel terus merambah jaringan. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi hingga ke pelosok Indonesia, seperti mottonya, Telkomsel menjangkau hingga ke pelosok. Sehingga tidak heran, di usianya yang ketiga belas, Telkomsel telah membangun 22 ribu BTS. Bahkan khusus di tahun 2008 ini, Telkomsel akan menambah 5 ribu BTS baru dengan menginventasikan sekitar Rp14 triliun untuk membangun network yang berkualitas.
Dengan menambah BTS, Telkomsel berhasil melayani lebih dari 95 persen wilayah populasi penduduk di Indonesia. Tidak hanya sekedar menambah jaringan dan BTS saja, Telkomsel juga mengutamakan pelayanan dan juga mengedepankan teknologi moderen hingga tiga tahun berturut-turut mendapatkan predikat Excelent untuk katagori industri telekomunikasi. Hasil itu merupakan hasil riset lembaga independen CCSL (Center for Customer Satisfaction and Loyalty).
Tidak berhenti disitu saja, Telkomsel pun juga menjadi yang pertama untuk menggunakan tower bertanaga matahari atau yang biasa disebut tower solar cell. ''Baru Telkomsel yang menggunakan tower bertenaga matahari untuk wilayah Riau daratan dan Riau Kepulauan dan sudah ada sekitar 30 tower solar cell yang sudah dibangun,'' ujar Gatut Hadi Widodo, GM Sales and Customer Service Telkomsel Regional Sumbagteng.
Untuk di Kepri sendiri, lanjut Widodo, sudah ada tiga tower bertenaga matahari di Pulau Sakera, Pulau Teluk Numbing dan Pulau Mata Air Kundur. Sedangkan di Riau daratan tower solar cell sudah beroperasi 24 tower dan dalam waktu dekat akan ada 6 tower solar cell yang akan di aktifkan.
Tentunya kesuksesan perjalanan Telkomsel tidak mudah. Berbagai inovasi dihadirkan untuk memberikan pilihan kepada pelanggan dan juga bersaing secara sehat dengan provider lain untuk menarik peminat konsumen untuk menggunakan jasa layanan komunikasi mereka.
Perjalanan Telkomsel bermula dari produk unggulan kartu Halo pada tahun 1996 yang sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar kemudian masuk ke Jakarta. Mendukung para provider untuk kemajuan Indonesia sendiri, Pemerintah menghapus pajak bea masuk bagi terminal ponsel. Sehingga harga ponsel menjadi lebih murah, minimal pada masa itu Rp1 juta per unit. Persaingan bisnis telekomunikasi pun semakin gencar, di penghujung tahun 1996 pula, PT Excelcomindo Pratama (Excelcom) Berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebagai operator nasional ketiga GSM di Indonesia.
Di awal tahun 1997, seharusnya Pemerintah mengeluarkan lisensi baru bagi operator seluler berbasis teknologi PHS dan GSM 1800 kepada 10 operator baru yang memberikan lisensi regional. Namun proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan karena negeri ini dihantam krisis moneter. Melihat kondisi ini dan pentingnya komunikasi, Telkomsel pun memperkenalkan kartu prabayar (prepaid) GSM pertama di Indonesia yang dinamai Simpati sebagai alternatif dari kartu Halo. Sehingga masyarakat masih bisa berkomunikasi dengan lancar.
Tak lama berselang Telkomsel mengeluarkan kartu Simpati. di tahun 1998, Excelcom meluncurkan kartu prabayar Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan layanan unggulan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan meluncurkan kartu prabayar Mentari, dengan keunggulan tarif dihitung perdetik sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100 ribu pelanggan.
Meskipun Indonesia di hantam krisis moneter, ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menjadi konsumen seluler. Hingga akhir tahun 1999 ini diseluruh Indonesia terdapat 2,5 juta pelanggan dan sebagian besar adalah pengguna prabayar Simpati, Mentari dan Pro-XL. Mereka memilih prabayar karena tidak ingin dibebani prosedur administrasi dan dapat mengendalikan pemakaian pulsa dan kalau habis dapat diisi ulang.
Bersaing dengan memberikan berbagai variasi harga, layanan dan perluasan jaringan membuat Telkomsel unggul hingga diusianya yang ketiga belas tahun sudah memiliki konsumen lebih 55 persen di seluruh Indonesia. Karena jangkauannya yang terluas dengan berbagai pilihan yang bisa disesuaikan dengan kantong pengunanya.