Setiap orangtua yang sudah memiliki anak tentunya sangat memperhatikan dan mengasihi anaknya. Karena bagi orangtua anak itu sangat berharga dan sangat istimewa. Sehingga mengharapkan anaknya akan mendapatkan masa depan yang sangat baik. Untuk itu, orangtua akan berusaha sekuat tenaga untuk mengakomodasi segala kebutuhan anaknya, agar anak bertumbuh secara optimal, tidak hanya sebagai individu yang sehat dan penuh percaya diri, tetapi juga tangguh.
''Untuk mempersiapkan anak tangguh, sebelumnya orangtua harus memahami benar apa itu yang dimaksud dengan tangguh. Tangguh adalah bagian dari kemampuan seseorang dalam berhadapan dengan berbagai hal yang sulit, menyusahkan, menantang dengan cara-cara yang tidak merusak atau melanggar norma yang berlaku dilingkungan,'' ujar Ratih Ibrahim, Pakar atau Praktisi AQ (advesity Quotient).
Masalah ini, lanjut Ratih, tidak hanya dihadapi orang dewasa saja. Anak-anak juga mempunyai masalah sendiri. Anak juga berhadapan dengan berbagai tantangan dan penderitan hidupnya sendiri. Berbagai masalah kehidupan seputar anak dintaranya yakni persaingan di sekolah, ancaman kekerasan, dan masih banyak hal lain yang dihadapi anak. Kemampuan untuk berhadapan dengan masalah ini yang disebut sebagai AQ (Adversity Quotient).
''Biasanya kita hanya mengenal dua, IQ (Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). AQ ini tidak kalah pentingnya dengan IQ dan EQ dan AQ harus diajarkan langsung saat anak masih kecil,'' ungkapnya. Dalam mempersiapkan anak tangguh dalam menghadapi persoalan, kembali kepada orangtua yang harus mengajarkan anak dalam menghadapi masalah yang ada. Ratih menuturkan, ciri anak tangguh adalah mampu menangkal kesulitan, berani dalam arti yakin akan kemampuan diri, mempunyai motivasi untuk maju, mampu untuk fokus pada masalah yang sedang dihadapi, mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, tidak segan-segan meminta bantuan orang lain, mampu mengarahkan diri, gigih dalam meraih tujuan yang ingin dicapai, fungsi intelektualnya baik dan easy going, mempu membina hubungan yang baik dab berbagai perasaan dengan orang lain.
Untuk mempersiapkan anak tangguh ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam diri anak-anak agar menjadi tangguh. Orangtua harus membuat anak mempunyai rasa harga diri yang tinggi. Karena anak akan merasa dirinya berguna sehingga mempermudahkan anak menghadapi rintangan. ''Misalnya, anak berusia tiga tahun sedang menyusun balok dan baloknya runtuh dan ia menanggis. Orangtua yang baik tidak serta merta langsung menyusun balok itu kembali. Melainkan, memberikan dorongan untuk menyusun kembali balok tersebut,'' ungkapnya.
Selain itu, orangtua juga harus mengajarkan anak spiritualitas, suatu keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi dan lebih berkuasa atas diri manusia dan juga membuat anak merasakan menjadi bagian yang berharga dari keluarga. Karena keluarga merupakan 'sarang' yang memberikan rasa yang aman pada anak. Serta, mengajarkan nilai-nilai pada anak, sehingga memudahkan anak untuk mengambil keputusan dan mengarahkan hidupnya.
''Setiap anak adalah unik dengan karakternya sendiri-sendiri. Karena itu, keluarga sangat penting dalam memegang peranan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,'' tuturnya. Selain orangtua yang berperan besar terhadap perkembangan anak, lanjut Ratih, ada juga kakek, nenek, saudara, guru di sekolah dan juga teman sebaya anak.
Hal penting bagi orangtua untuk diketahui, bahwa anak belajar dari apa yang dilihat, dirasakan dan dialami. Diumur yang semakin muda, anak cenderung menyerap apapun yang ada disekitarnya dan mengambilnya menjadi bagian dari dirinya. Sehingga orangtua harus memberikan contoh bagi anaknya.
''Untuk mengajarkan anak menjadi tangguh, orangtua harus benar-benar mengenal anaknya, mencintai anaknya dengan tulus, membantu anak untuk mengembangkan kemandiriannya,'' tandasnya.
''Untuk mempersiapkan anak tangguh, sebelumnya orangtua harus memahami benar apa itu yang dimaksud dengan tangguh. Tangguh adalah bagian dari kemampuan seseorang dalam berhadapan dengan berbagai hal yang sulit, menyusahkan, menantang dengan cara-cara yang tidak merusak atau melanggar norma yang berlaku dilingkungan,'' ujar Ratih Ibrahim, Pakar atau Praktisi AQ (advesity Quotient).
Masalah ini, lanjut Ratih, tidak hanya dihadapi orang dewasa saja. Anak-anak juga mempunyai masalah sendiri. Anak juga berhadapan dengan berbagai tantangan dan penderitan hidupnya sendiri. Berbagai masalah kehidupan seputar anak dintaranya yakni persaingan di sekolah, ancaman kekerasan, dan masih banyak hal lain yang dihadapi anak. Kemampuan untuk berhadapan dengan masalah ini yang disebut sebagai AQ (Adversity Quotient).
''Biasanya kita hanya mengenal dua, IQ (Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). AQ ini tidak kalah pentingnya dengan IQ dan EQ dan AQ harus diajarkan langsung saat anak masih kecil,'' ungkapnya. Dalam mempersiapkan anak tangguh dalam menghadapi persoalan, kembali kepada orangtua yang harus mengajarkan anak dalam menghadapi masalah yang ada. Ratih menuturkan, ciri anak tangguh adalah mampu menangkal kesulitan, berani dalam arti yakin akan kemampuan diri, mempunyai motivasi untuk maju, mampu untuk fokus pada masalah yang sedang dihadapi, mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, tidak segan-segan meminta bantuan orang lain, mampu mengarahkan diri, gigih dalam meraih tujuan yang ingin dicapai, fungsi intelektualnya baik dan easy going, mempu membina hubungan yang baik dab berbagai perasaan dengan orang lain.
Untuk mempersiapkan anak tangguh ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam diri anak-anak agar menjadi tangguh. Orangtua harus membuat anak mempunyai rasa harga diri yang tinggi. Karena anak akan merasa dirinya berguna sehingga mempermudahkan anak menghadapi rintangan. ''Misalnya, anak berusia tiga tahun sedang menyusun balok dan baloknya runtuh dan ia menanggis. Orangtua yang baik tidak serta merta langsung menyusun balok itu kembali. Melainkan, memberikan dorongan untuk menyusun kembali balok tersebut,'' ungkapnya.
Selain itu, orangtua juga harus mengajarkan anak spiritualitas, suatu keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi dan lebih berkuasa atas diri manusia dan juga membuat anak merasakan menjadi bagian yang berharga dari keluarga. Karena keluarga merupakan 'sarang' yang memberikan rasa yang aman pada anak. Serta, mengajarkan nilai-nilai pada anak, sehingga memudahkan anak untuk mengambil keputusan dan mengarahkan hidupnya.
''Setiap anak adalah unik dengan karakternya sendiri-sendiri. Karena itu, keluarga sangat penting dalam memegang peranan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,'' tuturnya. Selain orangtua yang berperan besar terhadap perkembangan anak, lanjut Ratih, ada juga kakek, nenek, saudara, guru di sekolah dan juga teman sebaya anak.
Hal penting bagi orangtua untuk diketahui, bahwa anak belajar dari apa yang dilihat, dirasakan dan dialami. Diumur yang semakin muda, anak cenderung menyerap apapun yang ada disekitarnya dan mengambilnya menjadi bagian dari dirinya. Sehingga orangtua harus memberikan contoh bagi anaknya.
''Untuk mengajarkan anak menjadi tangguh, orangtua harus benar-benar mengenal anaknya, mencintai anaknya dengan tulus, membantu anak untuk mengembangkan kemandiriannya,'' tandasnya.