Nuansa Lebaran

Mendengar Suara Takbiran Menangis

Setiap orang berbeda-beda dalam menyambut hari kemenangan, ada perasaan senang dan bercampur sedih. Bahkan, ada perasaan sedih. Karena tidak bisa merayakan lebaran bersama orang tua. Lantaran, sudah berbeda alam.

Tentunya, bagi orang-orang tertentu, yang sudah kehilangan orang tua. Makna lebaran agak sedikit berbeda dengan keluarga yang masih memiliki orang tua. Sebab, masih bisa bersilahturahmi dan saling memaaf-maafkan.

Namun, berbeda dengan kelurga yang sudah tidak memiliki orang tua. Suasana yang seharusnya bercampur aduk antara bergembira dan haru. Kini, hanya tinggal kenangan. Yang tertinggal, perasaan sedih mengenang masa dimana merayakan lebaran bersama orang tua.

"Setiap dengar takbiran, air mata saya langsung menetes, rasanya ingin pulang kampung, tetapi tidak bisa karena masih banyak tanggung jawab disini," papar Ruslan Kasbulatov, Anggota DPRD Kota Batam. Lanjutnya, sejak usia 17 tahun saya sudah menjadi anak yatim. Sehingga merayakan hari kemenangan hanya dirayakan bersama saudara-saudaranya.

Namun, sejak dua tahun belakangan ini, peryaan hari idul fitri ini, yang biasanya dijadikan ajang berkumpul. Dilewati tanpa berkumpul bersama saudara-saudaranya yang lain. "Saya sudah anggap Batam sebagai kampung saya yang kedua. Karena itu, Saya merayakan lebaran di rumah bersama anak dan istri saya," tuturnya.

Masih kata Ketua DPC PDIP, Batam sudah saya anggap kampung saya sendiri, berhubung DPRD tidak mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya), lebaran dirayakan bersama dengan keluarga saja.

Pastinya masing-masing orang telah memiliki berbagai macam pengalaman dalam hidup. Begitu juga pada saat menyambut hari kemenangan itu. Apalagi bagi orang yang sudah sering merantau. Sehingga lebaran hampir sama dengan hari-hari biasanya. Tidak ada nuansa yang benar-benar seperti di rumah, pada saat merayakannya. "Lebaran sebagai orang perantau, seperti hari-hari biasanya. Karena sudah merasakan pahit getirnya kehidupan," ujarnya.

Meskipun demikian, sebagai saudara sulung yang masih memiliki delapan saudara, momen lebaran dijadikan ajang saling maaf memaafkan. Walaupun, tidak berkumpul bersama merayakan lebaran, namun saling meminta maaf adalah tradisi bagi orang yang merayakan hari kemengan itu. "Kami saling silahturahmi lewat telpon dan SMS," ujarnya. Lanjutnya, tradisi di rumah kami, setelah solat it, kami makan opor ayam di rumah bersama keluarga saya, istri dan anak saya. Apalagi ini merupakan menu favorit keluarga kami.

Walau sudah tidak memiliki orang tua lagi, namanya idul fitri tetap dijadikan ajang silahturahmi setiap umat muslim. Karena itu, setiap orang pasti saling berkunjung ke rumah kawan-kawan dan rekannya. Untuk saling berbagi perasaan gembira menyambut hari itu.

Terimakasih Anda Telah Berkunjung ke Blog Dunia Wanita Masa Kini
Judul : Nuansa Lebaran
Ditulis Oleh : Citra Pandiangan
Anda tertarik dengan artikel kami: Nuansa Lebaran Silahkan minta pada kami. Selamat membaca, membaca membuka wawasan kita. Happy Blog Walking My Friends

0 comments:

Woman World | Dunia Wanita Masa Kini | Sehat dan Harmonis